6/8/07

Untukmu Penegak Kalimat Tauhid


DR. Yusuf Qorodhowi dalam sebuah khutbah Jum'atnya di masjid 'Umar bin Khattab, Dhoha, Qatar mengatakan adalah suatu yang lucu dan menyedihkan Amerika sebagai sebuah bangsa yang memproklamirkan dirinya sebagai penegak HAM mencantumkan batalyon syuhada Al Aqsho sebagai organisasi teroris. Lebih ironis lagi ketika Amerika melalui pemimpin negerinya mengatakan Ariel Sharon yang tangannya berluruman darah dalam membantai umat Islam, mempertahankan dirinya di tengah serangan teroris dan fundamentalis Hamas.Lebih jauh lagi DR. Yusuf Qorodhowi mengatakan, 'Itu sesuatu yang lucu tapi menyedihkan. Karena dengan sikap itu berarti Amerika menyamakan antara daging dan pisau, antara pembunuh dan yang dibunuh, antara korban pembantaian dan pelaku pembantaian. Kalau sikap ini yang dianggap sebagai teroris, Ya Allah jadikanlah aku sebagai orang-orang teroris...matikanlah aku sebagai teroris..dan kumpulkanlah aku bersama orang-orang teroris...'Semenjak invasi Isarel atas tanah suci Al Quds pada Mei 1948 dengan ditandai berdirinya negara Israel secara sepihak, sampai saat ini tak pernah berhenti memeras darah umat Islam Palestina. Dengan dalih merebut tanah yang dijanjikan menurut versi mereka, mereka menghalalkan membunuh anak-anak dan wanita Palestina dengan rasa penuh kebanggaan telah menjalankan ajaran kitab sucinya. Watak ketertutupan terhadap bangsa lain, sifat individualistis serta anggapan bahwa mereka merupakan bangsa pilihan, menimbulkan kebencian terhadap bangsa ini. Akibatnya mereka sering dikejar-kejar oleh penduduk asli setempat di manapun mereka menyebar di dunia ini. Dengan gerakan yang dinamakan Zionisme yang didirikan oleh Theodore Herzl yang pada tahun 1896, menyerukan kepada bangsa Yahudi untuk mendirikan negara Yahudi, di Palestina. Berbagai kelicikan telah dipertontonkan oleh bangsa yang satu ini. Dengan berpelayankan Amerika, mereka dengan santainya berteriak keseluruh dunia, bangsa Palestina adalah Teroris. Kenyataannya, Teroris teriak Teroris.Bom syahid yang dilancarkan oleh pemuda-pemuda Palestina nan gagah berani, sering kali dengan konspirasi besar dicap sebagai teroris fundamentalis. Teroris yang menyerang penduduk sipil Yahudi. Padahal tidak ada penduduk sipil Yahudi di Palestina krn seluruh anasir Yahudi adalah tentara. DR. Yusuf Qorodhowi kembali berkomentar tentang aksi bom syahid ini:'Orang yang bunuh diri itu membunuh dirinya untuk kepentingan pribadinya sendiri. Sementara pejuang ini mempersembahkan dirinya sebagai korban demi agama dan umatnya. Orang yang bunuh diri itu adalah orang yang pesimis atas dirinya dan atas ketentuan Allah, sedangkan pejuang ini adalah manusia yang seluruh cita-citanya tertuju kepada rahmat Allah SWT.Orang yang bunuh diri itu ingin menyelesaikan dari dirinya dan dari kesulitannya dengan menghabisi nyawanya sendiri, sedangkan seorang mujahid ini membunuh musuh Allah dan musuhnya dengan senjata terbaru ini yang telah ditakdirkan menjadi milik orang-orang lemah dalam menghadapi tirani kuat yang sombong. Mujahid itu menjadi bom yang siap meledak kapan dan di mana saja menelan korban musuh Allah dan musuh bangsanya, mereka (baca: musuh) tak mampu lagi menghadapi pahlawan syahid ini. Pejuang yang telah menjual dirinya kepada Allah, kepalanya ia taruh di telapak tangan-Nya demi mencari syahadah di jalan Allah.'Sekarang adalah bagimana kita sebagai muslim menjalankan ukhuwwah yang selama ini kita teriakkan di mimbar-mimbar, di kajian-kajian, di tabligh akbar, bahwa sesungguhnya muslim itu adalah ibarat sebuah tubuh, yang apabila satu bagian dari tubuh tersebut merasakan suatu kesakitan maka bagian tubuh yang lain turut merasakannya. Apa yang sudah kita perbuat untuk saudara-saudara kita di Palestina. Bila saja seorang Yusuf Qorodhowi masih mengatakan, 'Aku masih belum menyerahkan diriku sepenuhnya terhadap perjuangan Islam, sebagaimana Imam Ghazali yang menyerahkan dirinya untuk islam; beliau hidup bersama ilmu dan amal. Usaha kita terlalu sedikit bila dibandingkan dengan usaha kaum Yahudi dalam menegakkan Negara Israel, terlalu sedikit bila dibandingkan dengan kaum Nasrani yang giat menyebarkan ajaran agama mereka. Perjuangan kita untuk menegakkan Islam belumlah ada apa-apanya'. Bagaimana dengan kita ?Saudaraku, Perjuangan masih panjang. Jalan berliku penuh onak masih akan kita jumpai. Darah yang keluar dari sela-sela jari kita mungkin akan keluar dari dada kita. Luruskan dan rapatkan barisan. Bersihkan niat dari segala kekotoran. Bisa jadi, kita tak merasakan waktu yang kita citakan, tetapi tongkat estafet haruslah tetap berjalan. Perteguh iman, pertajam kesadaran..Perbanyak 'perbekalan'... Jangan sampai kita kehabisan di tengah jalan. Saudaraku, Kematian bukanlah kehinaan. Kematian adalah keindahan dan kemuliaan. Persiapkan diri agar bumi Allah ini mau menerima kita. Allohu Akbar !!...Ya muslimun...ya muslimun...Ya muslimun...ya muslimun...Ya muslimun...ya muslimun...Jihad memanggil akankah kau bangun...Tataplah wajah-wajah saudara-saudara kita dalam ingatan dan do'a-do'amu. Sudahkah kita peduli kepada mereka ? Dan mengulurkan tangan memberikan kehangatan takkala baju-baju mereka habis menjadi penyeka darah dan panasnya matahari Gaza. Sudahkah kita tunjukkan ? Bahwa kita adalah saudara mereka, yang siap menjadi ayah mereka, kakak mereka, anak mereka, ibu mereka, takkala ayah, ibu, anak, kakak mereka tertembus timah panas dan terlindas deru kecongkakan tank ? Hanya karena mereka berkata : Ana Muslim....Allohu Akbar....Ataukah kita menjadi sebagian muslim dunia, yang tak ada sedetikpun terlintas nasib mereka. Sementara baju-baju kita melebihi apa yang kita butuhkan .Sementara kita bingung mau makan apa esok hari dan bukan makankah esok hari.Wahai saudaraku...Tahukah engkau bagaimana rasa bahagianya mati syahid ? Al-Bukhary mentakhrij dari Abu Hurairah r.a, dia berkata, 'Aku mendengar Nabi SAW bersabda, 'Demi yang diriku ada di tangan-Nya, sekiranya tidak ada orang-orang Mukmin yang tidak suka jika aku meninggalkan mereka dan aku tidak mendapatkan apa yang kubebankan kepada mereka, tentu aku selalu ikut dalam pasukan perang fi sabilillah. Demi diriku yang ada di tangan-Nya, aku benar-benar suka terbunuh di jalan Allah, kemudian aku dihidupkan lagi, lalu aku terbunuh lagi, lalu dihidupkan lagi, terbunuh lalu dihidupkan lagi, lalu terbunuh.'Al-Bukhary mentakhrij dari Aslam, dari Umar bin Khaththab r.a, dia pernah berkata, 'Ya Allah, berilah aku mati syahid di jalan-Mu, dan jadikanlah saat kematian di negeri Rasul-Mu.'Al-Isma'ily mentakhrij dari Hafshah Radhiyallahu 'Anha, dia menambahi riwayat di atas, 'Aku bertanya, 'Apa arti semua ini?' Beliau menjawab, 'Allah mendatangkannya pada hari kiamat menurut kehendak-Nya.' Begitulah yang disebutkan di dalam, 'Fathul-Bari', 3/71.Wahai saudaraku...Bosnia merintih dalam kesendirian...Qosova mengalir sungai-sungai merah...Palestin menjerit terhimpit konspirasi kecongkakan binatang Israel dan Amerika...Afghanistan dalam tekanan.....Indonesia dalam keterpurukan....Kashmir dalam penindasan....Wahai saudaraku...Siapkan apa yang ada yang kau mampu dan dapat kau tempuhMasukkanlah mereka dalam barisan do'a-do'a tahajjudmu...Berikan ruang hati kita Untuk saudara kita disana...




click biar lengkap......

Risalah Malam



Malam semakin larut. Hujan yang turun sejak senja tadi, menyisakan rintik-rintik kecil. Menambah sunyi sang malam. Menambah dingin angin malam. Membuat cahya rembulan menjadi remang. Sembunyi di balik kerumunan awan. Meninabobokan anak-cucu adam. Lelap dalam tidurnya. Hangat dalam selimutnya. Terbuai dalam mimpinya. Bergumam dalam igaunya. Suasana yang pernah digambarkan Al Ghazali dalam petikan syairnya : Di akhir malam yang makin kelamDi waktu tenang seisi alamAku berbaring di atas ranjang Bagaikan benda yang melayangMalam memasuki separuh masa. Sang purnama mulai berani manampakkan diri. Juga bintang-bintang. Kerlip silih berganti. Menghilangkan kepekatan malam. Memberikan kehidupan. Sebaik-baik kehidupan. Adakah anak-cucu adam yang tersadar? Bangun dari tidurnya? Merasakan kelezatannya? Ataukah mereka cukup puas dengan mimpinya. Hingga tak mendengar panggilan Rabb-Nya.Hai orang yang berselimut, bangunlah (untuk sholat) di malam hari, kecuali sedikit (daripadanya), (yaitu) seperduanya atau kurangilah dari seperdua itu sedikit, atau lebih dari seperdua itu. Dan bacalah Al Qur'an itu dengan perlahan-lahan. (QS Al Muzzamil : 1-4) Panggilan itu terdengar sayup. Namun menyusup dalam hembusan angin malam. Menemukan seorang yang menantinya. Yang mengharapkan pertemuan itu. Tanpa dialog panjang, bergegas ia bangkit. Dengan kerinduan yang memuncak. Ia bergegas membersihkan diri. Kemudian larut dalam munajatnya. Mencurahkan isi hati. Menyesali kealpaan diri. Mengharapkan ampunan Rabbi.'...Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang yang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri maaflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir'. (QS Al Baqarah : 286)Ayat demi ayat dalam kitab suci mengalir. Dari lisannya yang lembut. Dari suara hatinya yang bening. Memberikan ketenangan jiwa. Menciptakan kepekaan bathin. Membuang jauh urusan duniawi. Melebur dalam firman-firmanNya yang agung. Hingga suatu saat tubuhnya berguncang hebat. Diiringi oleh isak tangis yang mendalam. Tatkala sekelebat bayangan neraka jahannam nampak di hadapannya... Maka kecelakaan yang besarlah di hari itu bagi orang-orang yang mendustakan, (yaitu) orang-orang yang bermain-main dalam kebatilan, pada hari mereka didorong ke neraka Jahanam dengan sekuat-kuatnya. (Dikatakan kepada mereka): 'Inilah neraka yang dahulu kamu selalu mendustakannya'. (QS At Thur : 11-14)Jahannam... mungkin tiada yang mampu membayangkan pedih siksanya. Termasuk dirinya. Namun jika membayangkan kotornya hati, lumuran dosa, dan lembaran dusta yang pernah diperbuat, siapa yang menjamin tidak akan menjadi penghuninya ?Untaian kalam ilahi terus mengalir. Isaknya mulai reda. Bahkan tidak tampak lagi. Semburat senyum tipis kini menghias wajahnya yang teduh. Seolah ia sedang merasakan kenikmatan yang luar biasa. Andai kita tahu apa yang tengah dirasakannya. Namun hanya dia dan Rabbnya yang tahu. Hanya rahasia kecil yang kita tahu. Bahwa kelezatan yang ia rasakan terkait dengan ayat Qur'an yang sedang dilantunkannya... Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa berada dalam surga dan kenikmatan, mereka bersuka ria dengan apa yang diberikan kepada mereka oleh Tuhan mereka; dan Tuhan mereka memelihara mereka dari azab neraka. (Dikatakan kepada mereka): 'Makan dan minumlah dengan enak sebagai balasan dari apa yang telah kamu kerjakan', mereka bertelekan di atas dipan-dipan berderetan dan Kami kawinkan mereka dengan bidadari-bidadari yang cantik bermata jeli. (QS At Thur : 17-20)Surga... ingin rasanya menjadi penghunimu. Tapi layakkah? Makan dan minum dengan hidangan yang terlezat dan selalu tersedia? Bersenda gurau dengan bidadari-bidadari nan cantik bermata jeli?Malam mulai memasuki penghujungnya. Rembulan memberi isyarat untuk berpamitan. Malam itu Sang penanti benar-benar menemukan penantiannya. Dan akan selalu menantikannya kembali. Saat-saat terindah dengan Sang Rabbi pun harus berlalu. Namun ia memiliki energi baru. Untuk membuka lembaran pagi yang baru. Untuk menjalani tugasnya sebagai khalifah bumi. Mencari nafkah untuk anak isteri. Mengajak umat ke jalan ilahi.Tatkala bangkit dari tikar panjangnya, tampak sesosok wanita di belakangnya. Sang istri tercinta. Yang sejak tadi menyertainya. Dalam isak tangisnya. Dalam semburat senyumnya. Wanita itu menggapai tangannya. Mencium erat jemarinya. Menatapnya lekat. Penuh cinta. Sarat makna. Bidadari dunia telah menyambutnya, dan bidadari surga tengah menantinya...



click biar lengkap......

Nikmatnya Menjadi Mukmin




"Sungguh heran terhadap perihal seorang Mukmin, semua urusannya membawa kebaikan kepadanya dan hal tersebut tidak dimiliki oleh seorangpun selain orang mukmin. Jika mendapat kegembiraan, ia bersyukur dan itu membawa kebaikan baginya. Jika mendapat kesusahan, ia bersabar dan itu juga membawa kebaikan baginya." (H.R. Muslim)Seorang mukmin pada hakekatnya tidak pernah mengalami kegundahan hati, baik ketika diberi kenikmatan maupun diberi cobaan. Kenikmatan yang telah diberikan Allah Swt, bagi seorang mukmin, akan menimbulkan rasa haru bercampur bahagia dan memanjatkan rasa syukur dan mengucap "Alhamdulillahi-Robbil-‘alamin" dan itu akan membawa kebaikan baginya. Berbeda dengan orang yang kurang rasa syukurnya kepada Allah Swt, yang jika telah diberikan rezeki yang melimpah dari Allah maka mereka kebanyakan akan berpaling dari Allah, seperti disinggung dalam Surah Fusshilat Ayat 49-51 :"Manusia (yang kafir) itu tidak jemu meminta kebaikan, jika kesusahan menimpa dia, maka (ia) putus harapan. Dan jika Kami rasakan kepadanya saru rahmat dari Kami, sesudah kesusahan yang mengenainya, niscaya ia berkata, "Ini buatku, dan aku tidak percaya akan terjadinya Hari Kiamat dan jika andakan aku dikembalikan kepada Tuhanku maka sesungguhnya adalah bagiku disisi-Nya (pemberian-pemberian) yang baik. Tetapi Kami sesungguhnya akan beritahu kepada mereka yang kafir itu apa-apa yang telah mereka kerjakan, dan sesungguhnya Kami akan rasakan kepada mereka azab yang keras. Dan apabila Kami beri nikmat atas manusia, ia berpaling dan menjauhkan diri tapi bila dia dikenai kesusahan, maka ia mempunyai permintaan yang panjang (lebar)." Dan sebaliknya, seorang mukmin yang diberi musibah seperti mengalami kesusahan dalam mencari sesuap nasi, akan bersabar. Dan kesabarannya ini akan memperoleh hasil berupa pahala disisi Allah Swt. Bagi seorang mukmin yang telah menyerahkan hati, tubuh dan jiwanya hanya kepada Allah Swt semata, ketidakmampuannya atau kesulitannya dalam mencari rezeki selama ini akan membuahkan nikmat tersendiri yang akan sulit dibayangkan oleh orang yang tidak mengerti akan hikmah kehidupan. Seorang Mukmin yang sejati akan berfikir bahwa kesusahan yang dialaminya tidaklah sebanding dengan kenikmatan yang diperolehnya dari Allah Swt. Mereka mempunyai keyakinan yang kuat bahwa segala sesuatu yang terjadi pada dirinya merupakan kehendak Tuhannya, Yang Maha Pemelihara. Sungguh banyak Nikmat Allah Swt yang telah diberikan kepada manusia, yang sebahagian kecilnya adalah :
Nikmat Naluri, tanpa naluri yang diberikan-Nya, mungkin manusia tidak akan ada didunia ini. Naluri inilah yang membimbing seorang bayi untuk berkomunikasi melalui tangisan sehingga didengar oleh ibu atau orang yang dekat dengannya. Tanpa naluri berupa tangisan ini, bayi tersebut mungkin sudah lama mati.
Nikmat Panca Indera, berupa mata, telinga, hidung, lidah dan lain sebagainya.
Nikmat Akal, yang membuat kita mampu berpikir sehingga kita bisa mengetahui segala sesuatu yang terjadi di dunia ini, yang memiliki batasan menurut kemampuan seseorang.
Nikmat kebebasan berbuat, dimana manusia bisa bebas melakukan sesuatu menurut kehendaknya.
Nikmat Agama yang berupa Petunjuk kejalan yang lurus, berupa mukjizat Allah yang diberikan kepada Rasulullah Saw, berupa Al-Quran dan sunah Nabi, yang merupakan nikmat tertinggi, pedoman bagi kita untuk menempuh kehidupan yang bahagia di dunia dan akhirat.
Nikmat ampunan dari-Nya, segala dosa yang telah kita perbuat, akan diberikan keampunan oleh Allah Swt dengan jalan tobat, kecuali Syirik.
Nikmat ciptaan-Nya berupa binatang dan buah-buahan, yang dengannya manusia bisa memperoleh makanan dan kesehatan.
Dan nikmat-nikmat lainnya yang tidak terhitung banyaknya. Dan dari sekian banyak nikmat yang telah diberikan oleh Allah Swt tersebut, bagi seorang mukmin, nikmat yang paling besar manfaatnya adalah nikmat berupa Agama. Salah satunya adalah Nikmat Sholat. Mengapa Sholat memiliki kenikmatan yang luar biasa? Bagi kita yang tidak memahami hikmah dibalik Sholat tersebut, maka berpendapat bahwa sholat itu hanya merupakan suatu kewajiban yang harus dilaksanakan. Tetapi bagi kita yang memahami arti dari Sholat tersebut akan menikmatinya dengan penuh kekhusukan.
Untuk mengetahui salah satu nikmat sholat yang diperoleh adalah dengan memahami makna sebahagian surat Al Fatihah. Cobalah kita pelajari salah satu hadist Qudsi yang disampaikan Rasulullah melalui menantunya, Ali bin Abi Thalib yang mengatakan, Sesungguhnya aku telah mendengar Rasulullah Saw bersabda bahwa Allah Swt berfirman :"Aku membagi surah Al Fatihah menjadi dua (2) bagian, setengah bagian untuk-Ku, setengah bagian lainnya untuk Hamba-Ku, apa yang dimintanya akan aku perkenankan, bila ia membaca Bismillahirrahmanir-rahim, Allah Berfirman, "Hamba-Ku memulai pekerjaannya dengan menyebut nama-Ku, maka menjadi kewajibanku untuk meyempurnakan seluruh pekerjaannya serta Kuberkati seluruh keadaannya. Apabila ia membaca, Al-hamdulillahi Rabbil-alamin, Allah menyambutnya dengan berfirman, "Hamba-Ku mengetahui bahwa seluruh nikmat yang dirasakannya bersumber dari-Ku, bahwa ia telah terhindar dari malapetaka karena kekuasaan-Ku. Aku mempersaksikan (wahai para malaikat), bahwa Aku akan menganugerahkan kepadanya nikmat-nikmat di akhirat, disamping nikmat-nikmat duniawi dan akan Kuhindarkan pula ia dari malapetaka ukhrawi dan duniawi." Apabila ia membaca, Ar-Rahmanir-Rahim, Allah menyambutnya dengan berfirman, "Aku diakui oleh hamba-Ku sebagai pemberi Rahmat dan sumber segala rahmat. Kupersaksikan kamu (wahai para malaikat) bahwa akan Aku curahkan rahmat-Ku kepadanya, sehingga sempurna dan akan kuperbanyak pula anugerah-Ku." Apabila ia membaca, "Malikiyaumid-din, Allah menyambutnya dengan berfirman, "Kupersaksikan kamu wahai para malaikat, sebagaimana diakui oleh hamba-Ku, bahwa Akulah Pemilik Hari Kemudian, maka akan Aku permudah baginya perhitungan dihari itu, akan Kuterima kebaikan-kebaikannya dan Kuampuni dosa-dosanya." Apabila ia berkata, Iyyaka na’budu, Allah menyambutnya dengan berfirman, "Benar apa yang diucapkan hamba-Ku, hanya Aku yang disembahnya. Kupersaksikan kamu semua, akan Kuberi ganjaran atas pengabdiannya, ganjaran yang menjadikan semua yang berbeda ibadah dengannya akan iri dengan ganjaran itu." Apabila ia membaca wa-iyyakanasta’in, Allah berfirman, "Kepada-Ku hamba-Ku meminta pertolongan dan perlindungan. Kupersaksikan kamu pasti akan Kubantu ia dalam segala urusannya akan Kutolong dia dalam segala kesulitanya, serta akan Kubimbing dia pada saat-saat krisisnya." Apabila ia membaca, "Ihdinash-shiratal mustaqim, Allah menyambutnya dengan berfirman, "Inilah permintaan hamba-Ku dan bagi hamba-Ku apa yang dimintanya telah Kuperkenankan bagi hamba-Ku permintaannya, Kuberikan apa yang diharapkannya, Kutenteramkan jiwanya dari segala yang mengkhawatirkannnya."Sungguh memang Allah Swt pemberi nikmat terbesar di alam raya ini. Memang patutlah kita sebagai seorang mukmin, tidak diperbolehkan berkeluh kesah dalam menghadapi segala macam cobaan. Tetapi, Apakah ada kenikmatan atau kebaikan yang dirasakan oleh seorang Mukmin yang ditinggal mati oleh salah seorang keluarga yang dicintainya? Untuk kejadiannya ini, ada menariknya jika kita mengutip suatu pelajaran dari sebuah buku yang berjudul "Memoar Hasan Al-Banna", dimana dikisahkannya sebagai berikut, "Pada saat menjelang perayaan peringatan Maulid Nabi, setiap malam sejak tanggal 1 hingga 12 Rabi’ul Awwal, secara berombongan dan bergiliran kami selalu mengunjungi rumah salah seorang ikhwan. Malam itu, tibalah giliran rumah Syaikh Syalbi Ar-Rijal yang menjadi jadwal kunjungan. Kami pun berangkat seperti biasanya, setelah Sholat Isya. Saya melihat rumah Syaikh Syalbi sangat terang, bersih dan rapi. Dihidangkanlah serbat, kopi dan girfah seperti biasanya. Kami duduk dan meminta nasehat-nasehat Syaikh Syalbi. Ketika kami hendak pergi, ia berkata dengan senyum lembut, "Datanglah kalian besok pagi-pagi sekali, agar kita bisa menguburkan Ruhiyah bersama-sama." Ruhiyah adalah putrid beliau satu-satunya. Allah menganugerahkan Ruhiyah kepadanya kurang lebih 11 tahun dari usia pernikahannya. Ia mencintainya sehingga tidak pernah meninggalkannya sekalipun walau sedang sibuk bekerja. Ruhiyah kemudian tumbuh menjadi seorang remaja. Ia manamainya Ruhiyah karena putrinya ini menempati kedudukan "ruh" pada dirinya. Tentu kami terperanjat dan berkata, "Kapan ia meninggal?" Tanya kami spontan. "Tadi menjelang maghrib!" jawabnya tenang. "Kenapa Syaikh tidak memberitahukan kepada kami sejak tadi, sehingga kami dapat mengajak kawan yang lain untuk kemari bersama-sama." Ia menjawab, "Apa yang terjadi telah meringankan kesedihanku. Pemakaman telah berubah menjadi peristiwa yang membahagiakan. Apakah kalian masih menginginkan Nikmat Allah yang lebih besar lagi daripada nikmat ini?" Subhanallah, semoga Allah Swt memberi tempat kepada Syaikh tersebut ditempat yang sebaik-baiknya. Amin… (edi/aol)
Risalah Malam
Penulis: Faruq
Malam semakin larut. Hujan yang turun sejak senja tadi, menyisakan rintik-rintik kecil. Menambah sunyi sang malam. Menambah dingin angin malam. Membuat cahya rembulan menjadi remang. Sembunyi di balik kerumunan awan. Meninabobokan anak-cucu adam. Lelap dalam tidurnya. Hangat dalam selimutnya. Terbuai dalam mimpinya. Bergumam dalam igaunya. Suasana yang pernah digambarkan Al Ghazali dalam petikan syairnya : Di akhir malam yang makin kelamDi waktu tenang seisi alamAku berbaring di atas ranjang Bagaikan benda yang melayangMalam memasuki separuh masa. Sang purnama mulai berani manampakkan diri. Juga bintang-bintang. Kerlip silih berganti. Menghilangkan kepekatan malam. Memberikan kehidupan. Sebaik-baik kehidupan. Adakah anak-cucu adam yang tersadar? Bangun dari tidurnya? Merasakan kelezatannya? Ataukah mereka cukup puas dengan mimpinya. Hingga tak mendengar panggilan Rabb-Nya.Hai orang yang berselimut, bangunlah (untuk sholat) di malam hari, kecuali sedikit (daripadanya), (yaitu) seperduanya atau kurangilah dari seperdua itu sedikit, atau lebih dari seperdua itu. Dan bacalah Al Qur'an itu dengan perlahan-lahan. (QS Al Muzzamil : 1-4) Panggilan itu terdengar sayup. Namun menyusup dalam hembusan angin malam. Menemukan seorang yang menantinya. Yang mengharapkan pertemuan itu. Tanpa dialog panjang, bergegas ia bangkit. Dengan kerinduan yang memuncak. Ia bergegas membersihkan diri. Kemudian larut dalam munajatnya. Mencurahkan isi hati. Menyesali kealpaan diri. Mengharapkan ampunan Rabbi.'...Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang yang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri maaflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir'. (QS Al Baqarah : 286)Ayat demi ayat dalam kitab suci mengalir. Dari lisannya yang lembut. Dari suara hatinya yang bening. Memberikan ketenangan jiwa. Menciptakan kepekaan bathin. Membuang jauh urusan duniawi. Melebur dalam firman-firmanNya yang agung. Hingga suatu saat tubuhnya berguncang hebat. Diiringi oleh isak tangis yang mendalam. Tatkala sekelebat bayangan neraka jahannam nampak di hadapannya... Maka kecelakaan yang besarlah di hari itu bagi orang-orang yang mendustakan, (yaitu) orang-orang yang bermain-main dalam kebatilan, pada hari mereka didorong ke neraka Jahanam dengan sekuat-kuatnya. (Dikatakan kepada mereka): 'Inilah neraka yang dahulu kamu selalu mendustakannya'. (QS At Thur : 11-14)Jahannam... mungkin tiada yang mampu membayangkan pedih siksanya. Termasuk dirinya. Namun jika membayangkan kotornya hati, lumuran dosa, dan lembaran dusta yang pernah diperbuat, siapa yang menjamin tidak akan menjadi penghuninya ?Untaian kalam ilahi terus mengalir. Isaknya mulai reda. Bahkan tidak tampak lagi. Semburat senyum tipis kini menghias wajahnya yang teduh. Seolah ia sedang merasakan kenikmatan yang luar biasa. Andai kita tahu apa yang tengah dirasakannya. Namun hanya dia dan Rabbnya yang tahu. Hanya rahasia kecil yang kita tahu. Bahwa kelezatan yang ia rasakan terkait dengan ayat Qur'an yang sedang dilantunkannya... Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa berada dalam surga dan kenikmatan, mereka bersuka ria dengan apa yang diberikan kepada mereka oleh Tuhan mereka; dan Tuhan mereka memelihara mereka dari azab neraka. (Dikatakan kepada mereka): 'Makan dan minumlah dengan enak sebagai balasan dari apa yang telah kamu kerjakan', mereka bertelekan di atas dipan-dipan berderetan dan Kami kawinkan mereka dengan bidadari-bidadari yang cantik bermata jeli. (QS At Thur : 17-20)Surga... ingin rasanya menjadi penghunimu. Tapi layakkah? Makan dan minum dengan hidangan yang terlezat dan selalu tersedia? Bersenda gurau dengan bidadari-bidadari nan cantik bermata jeli?Malam mulai memasuki penghujungnya. Rembulan memberi isyarat untuk berpamitan. Malam itu Sang penanti benar-benar menemukan penantiannya. Dan akan selalu menantikannya kembali. Saat-saat terindah dengan Sang Rabbi pun harus berlalu. Namun ia memiliki energi baru. Untuk membuka lembaran pagi yang baru. Untuk menjalani tugasnya sebagai khalifah bumi. Mencari nafkah untuk anak isteri. Mengajak umat ke jalan ilahi.Tatkala bangkit dari tikar panjangnya, tampak sesosok wanita di belakangnya. Sang istri tercinta. Yang sejak tadi menyertainya. Dalam isak tangisnya. Dalam semburat senyumnya. Wanita itu menggapai tangannya. Mencium erat jemarinya. Menatapnya lekat. Penuh cinta. Sarat makna. Bidadari dunia telah menyambutnya, dan bidadari surga tengah menantinya...


click biar lengkap......

Ketika Da'wah Terasa Sendirian...



Dalam sebuah pertemuan rutin, seorang aktivis 'mengeluhkan' segala yang membuat gundah perjalanan da'wah yang digelutinya. Begitu banyak yang disampaikan dari perasaan bekerja (dalam da'wah) sendiri sampai tak melihat hasil yang dilakukannya. Sang ustadz hanya tersenyum dibalik keseriusannya mendengarkan penuturan aktivis tersebut.Dalam perjalanan hidupnya dakwah memang selalu bertemu dengan yang namanya sunnatulloh. Tak peduli ia ada di desa-desa terpencil, di perkotaan, di rumah-rumah maupun di perkantoran sekalipun. Tak kala ia dilandasi oleh keikhlasan diri dan tujuan yang suci, sungguh tak ada rintangan sebesar apapun yang dianggap kecil dan tak ada halangan kecil pun yang dianggap besar. Semua dihadapi dengan kesungguhan hati karena pada setiap da'I yang terlibat di dalamnya telah terbina sebelumnya dengan segala kemungkinan yang terjadi. Selangkah hambatan bisa saja itu merupakan lompatan yang jauh kedepan. Walaupun tak jarang lompatan yang jauh kedepan seringkali membuat kita terjatuh dan mundur kebelakang. Dan memang, tugas menyampaikan dan menjadi ispirator dan inisiator penggerak ummat bukan hanya terletak pada pundak seorang ustadz atau 'ulama. Justru tugas itu berada pada pundak kita semua sebagai muslim.'Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan ummat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang mungkar; mereka adalah orang-orang yang beruntung.' (Qs. 3:104)Walaupun demikian Allah SWT tidak membiarkan da'wah itu berjalan dengan apa adanya. Allah SWT telah memberikan perangkat berupa petunjuk dalam menjalani da'wah yang benar. Allah SWT berfirman :'Katakanlah: 'Inilah jalan (agama)ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik'. (Qs. 12:108)Ada beberapa pelajaran yang dapat kita petik dalam surat tersebut, diantaranya adalah :Membuat garis demarkasi dalam diri kita antara Al Haq dengan Al Bathil. Dalam surat Yusuf tersebut, kita diperintahkan untuk memisahkan antara yang haq dan yang bathil : katakanlah :'Ini jalan (agama) ku..., sehingga secara tidak langsung Allah SWT memerintahkan kita untuk membenahi diri kita terutama aqidah kita dan membuat garis demarkasi antara kita sebagai penegak da'wah dengan kebathilan itu sendiri. Dan pembenahan diri ini hanya dapat dilakukan dengan pembinaan diri secara menyeluruh dan integral secara berkesinambungan. Proses pembinaan yang beraspek kepada pemurnian aqidah yang shohih, pendalaman keilmuan, perluasan wawasan keislaman dan peningkatan akhlakul karimah dalam keseharian.Mengajak kepada Allah SWT Kalimat berikutnya adalah kita diperintahkan mengajak kepada Allah SWT bukan kepada yang lainnya, bukan kepada kita atau bukan kepada golongan kita. Karena dalam kenyataannya berapa banyak da'i yang merasa 'sakit hati' tak kala orang yang diajaknya tidak mau mengikutinya. Sehingga kita diperintahkan untuk bersabar dan memiliki keikhlasan yang tinggi, karena kata perintahnya (Fi'il) menggunakan fi'il mudhori' artinya istimroriyyah atau berkelanjutan dan terus menerus. Dalam masyarakat terlihat sekali hal ini ketika masa-masa pemilu dilaksanakan. Begitu banyak yang terkecoh untuk mengajak orang lain kedalam partainya dengan mengangkat kepartaiannya bukan nilai yang dibawanya. Hendaknya kita melihat nilai-nilai apa yang diasung oleh partai tersebut. Apakah nilai-nilai Islam ataukah hanya fatamorgana tujuan sesaat.Menggunakan dalil dan faktaHujjah yang kita sodorkan pun harus baik dan benar. Ketika mereka berlogika, kita pun diperbolehkan berlogika selama tidak bertentangan dengan ajaran Islam. Karena tidak semua dalam Islam itu dapat dilogikakan. Dalam dakwahpun kita harus memiliki cara-cara yang baik. Allah SWT sudah mengajarkan kita bahwa dakwah harus dilakukan dengan lemah lembut, dengan hikmat dan bukan dengan kekerasan. Kenapa ? karena ada beberapa diantara kita yang mungkin salah mengartikan bahwa muslim itu keras terhadap orang kafir. Bagaimana mungkin mereka (orang-orang kafir) dapat tertarik dengan ajakan kita sementara kita menghujat mereka. Keras disini maksudnya adalah dalam segi aqidah... Ingatlah akan surat al Kafirun. Tetapi takkala apa yang menjadi hak dan kehormatan kita sebagai muslim di ganggu, barulah Islam membolehkan dan bahkan mewajibkan kita untuk memerangi mereka. Disinilah pemahaman akan mencintai dan membenci karena Allah akan teruji. Kita berhak dan harus mengatakan : SAYA MUSLIM.Membuat barisan dan jaringan da'wah Dalam dakwahpun kita juga diperintahkan untuk menggalang persatuan dalam barisan yang kokoh. 'aku dan orang-orang yang mengikutiku'.Di sini harus ada keseragaman visi dan misi yaitu menegakkan kalimatulloh semata. Ingat perkataan sahabat Ali bin Abi Tholib R.A bahwa kebenaran yang melanggar peraturan akan dapat dikalahkan oleh kebathilan yang mengikuti peraturan. Dan dalam surat yang lain, yaitu surat Ash Shaff ayat ke 4 Allah SWT sangat mencintai orang-orang yang berjuang dalam sebuah barisan laksana bangunan yang kokoh.Berfokus kepada proses bukan kepada hasil Lalu apa yang keluar dari seorang da'i ketika ia berjuang menegakkan kalimat Allah SWT ? Tak ada kata lain kecuali perkataan yang baik, SubhanAllah Maha Suci Allah SWT. Artinya bahwa segala apa yang terjadi adalah karena kehendak Allah SWT. Ketika orang mengikuti kita itu karena kehendak yang Allah SWT limpahkan dan bukan karena usaha kita semata sehingga tidak ada rasa takabbur atau sombong dalam diri kita. Begitu juga ketika orang melecehkan kita, bagi seorang da'i itu hanyalah hikmah yang dapat diambil pelajaran baginya, diantaranya, bahwa bukan kita (da'i) yang dapat memberikan hidayah tapi hanya Allah yang dapat memberikan hidayah. Juga memberikan pelajaran kepada kita bahwa kita harus memperbaiki cara-cara yang mungkin selama ini salah dalam penerapannya.Berpegang teguh kepada Al Islam sampai ajal menjemputAkhirnya, apa yang kita lakukan itu semakin membulatkan hati dan aqidah kita kepada Allah SWT. Yaitu dengan perkataan :…dan tiada aku termasuk orang-orang yang musyrik... Tidak ada yang patut kita sembah, kita taati, kita ikuti kecuali Allah SWT. Kita akan semakin menyadari konsekuensi syahadat yang kita ucapkan dan akan senantiasa terhujam dalam diri kita kebenaran dalam lindungan Allah SWT.Wallohu a'alam.


click biar lengkap......

10 Jawaban Kepada Saudariku Untuk Segera Berhijab





'Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah RasulNya, dan ulil amri di antara kamu.' (Q.S. an-Nisa:59)'Orang mukmin adalah cermin bagi mukmin lainnya.' (H.R. At Thabrani)Bahwa seorang mukmin dapat mengenali kekurangannya dari mukmin lainnya, sehingga ia laksana cermin bagi dirinya.Islam juga menganjurkan dan mengajak penganutnya agar sebagian mereka mencintai sebagian yang lain, dimana diantaranya engkau berharap agar saudaramu masuk Surga dan dijauhkan dari api Neraka. Tak sebatas mengharap, namun berupaya keras dan maksimal menyediakan berbagai sarana dari hal-hal yang membahayakan dan merugikannya, di dunia maupun di akhirat kelak.Allah Subhaanahu wa Ta'ala, dalam Q.S. Al Ahzab : 59 berfirman :'Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu, dan isteri-isteri orang mukmin, 'Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka'. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha pengampun lagi Maha penyayang.''Katakanlah kepada wanita yang beriman: 'Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak daripadanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya, kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putra-putra mereka, atau putra-putra suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertobatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.' (Q.S. An Nur : 31) Dalam perjalanan hidup saya, saya mendapati beberapa alasan yang senantiasa terulang ketika ajakan untuk berhijab dikumandangkan. Oleh karenanya, semoga risalah ini dapat bermanfa'at bagi saudariku sekalian, dan memperteguh mereka yang masih ragu-ragu dalam menunaikan kewajiban utama muslimah ini. Alasan-alasan yang sering saya temui antara lain :1. Tubuh ini adalah ciptaan Allah, dan keindahannya bukan untuk ditutupi, melainkan diperlihatkan.Saudariku, begitu banyak nikmat yang diberikan Allah kepada kita, baik yang kita tidak sadari hingga yang terlihat di depan mata kita. Cara mengungkapkan rasa syukur kita kepada Allah SWT, yang menciptakan diri kita adalah dengan beribadah menurut tuntunanNya, dan memasrahkan diri sepenuhnya kepada segala ketentuan dan aturanNya. Karena ketidakpatuhan kita akan menjebak kita ke dalam perangkap penolakan/pembangkangan atas Rabb kita.Berfirman Allah SWT dalam Q.S Al Baqarah : 216,'Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.'Pernahkah kita bayangkan manakala Allah mencabut nikmat kecantikan yang dititipkan kepada kita? Pernahkah kita sadari bahwa kecantikan itu adalah ujian dari Allah, sejauh mana ia bersyukur atas kecantikannya itu? Pernahkan kita renungi manakala Allah meminta pertanggungjawaban dari nikmat kecantikan yang telah dianugerahkanNya, sementara kita menggunakannya tidak berlandaskan syari'at Allah?Dan jika engkau menjawab, 'Kecantikah itu untuk diperlihatkan, bukan untuk ditutupi, maka kembali kita perlu bertanya :
Relakah engkau kecantikanmu dinikmati oleh orang yang dekat dan yang jauh darimu?
Relakah engkau menjadi objek yang dilihat, bagi semua orang, yang jahat maupun yang terhormat?
Bagaimana engkau bisa menyelamatkan dirimu dari mata para pria?
Maukah kamu jika dirimu dihargai serendah itu, sementara engkau bisa menjadi seorang wanita yang mulia di mata Allah SWT?
2. Aku takut dijauhi teman-teman, dikeluarkan dari kerjaan (kehilangan mata pencaharian), dan mendapat posisi yang rendah.Saudariku, rizki ada di tangan Allah. Setiap manusia yang dilahirkan ke dunia ini telah diberikan kadar rizkinya, tinggal apakah kita mau menjemputnya ataukah tidak.Telah banyak terjadi di sekitar kita cerita-cerita nyata kegigihan mereka pada prinsipnya, yang seharusnya semakin memperkuat keyakinan kita semua, bahwa rizki bukan ditangan manajemen kantor, namun berada di tangan Allah. Kekayaan yang kita miliki hari ini, kemuliaan di hadapan manusia yang kita rasakan dapat dengan hilang dengan amat segera, manakala Allah mencabutnya.Berfirman Allah SWT dalam Q.S. Ali 'Imran : 26,'Katakanlah: 'Wahai Tuhan Yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.'Dan ingatlah bahwa Allah tidak akan pernah menyia-nyiakan hambaNya yang berusaha bertaqwa dan istiqomah berpegang teguh memperjuangkan prinsip keislamannya. Ingatlah firman Allah SWT dalam Q.S. Ali 'Imran : 195 'Maka Tuhan mereka memperkenankan permohonannya (dengan berfirman), 'Sesungguhnya Aku tidak menyia-nyiakan amal orang-orang yang beramal di antara kamu, baik laki-laki atau perempuan, (karena) sebagian kamu adalah turunan dari sebagian yang lain. Maka orang-orang yang berhijrah, yang diusir dari kampung halamannya, yang disakiti pada jalan-Ku, yang berperang dan yang dibunuh, pastilah akan Ku-hapuskan kesalahan-kesalahan mereka dan pastilah Aku masukkan mereka ke dalam surga yang mengalir sungai-sungai di bawahnya sebagai pahala di sisi Allah. Dan Allah pada sisi-Nya pahala yang baik.'Dalam ayat lain, Allah melanjutkan,'Dan orang-orang yang berpegang teguh dengan Al Kitab (Taurat) serta mendirikan shalat, (akan diberi pahala) karena sesungguhnya Kami tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang mengadakan perbaikan.' (Q.S. Al A'raaf : 170)'Dan bersabarlah, karena sesungguhnya Allah tiada menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat kebaikan.' (Q.S. Hud : 115)Adapun ketakutan dijauhi teman-teman, adalah ketakutan yang seharusnya tidak terjadi. Karena seorang mukmin seharusnya menjadi tenang dan tentram dengan Allah bersamanya. Tidak ada lagi yang dia dambakan kecuali kedekatan dan kecintaan Allah padanya.3. Saya senantiasa menjaga amalan ibadah saya yang lain kok, kecuali hijab, saya belum mampu untuk memakainya.Saudariku, kalau memang Anda sudah melakukan amalan-amalan terpuji, yang berpangkal dari iman, dan kepatuhan pada perintah Allah, serta takut siksaanNya jika meninggalkan kewajiban itu, mengapa Anda beriman kepada sebagian dan tidak beriman kepada sebagian yang lain, padahal sumber perintah itu hanya satu?Sebagaimana shalat yang selalu Anda jaga adalah sebuah kewajiban, maka hijab pun demikian. Kewajiban mengenakan hijab tidak diragukan dalam Al Qur'an dan As Sunnah.Berfirman Allah SWT dalam Q.S. Al Baqarah:85 ketika mencerca Bani Israil :'Apakah kamu beriman kepada sebahagian Al Kitab (Taurat) dan ingkar terhadap sebahagian yang lain? Tidaklah balasan bagi orang-orang yang berbuat demikian melainkan kehinaan dalam kehidupan dunia, dan pada hari Kiamat mereka dikembalikan kepada siksa yang amat pedih. Allah tidak lengah atas apa yang kamu perbuat'.Padahal ............... digambarkan oleh Rasulullah SAW,'Sesungguhnya penghuni Neraka yang paling ringan adzabnya pada hari Kiamat adalah orang yang diletakkan kedua telapak kakinya dua bara api, dari dua bara api ini otaknya mendidih, sebagaimana periuk yang mendidih dalam bejana besar yang dipanggang dalam kobaran api.' (H.R. Bukhari)Jika seperti itu adzab yang paling ringan di hari Kiamat, maka bagaimana adzab bagi orang yang diancam Allah dengan adzab yang pedih, sebagaimana disebutkan dalam ayat diatas, yang beriman kepada sebagian, dan meninggalkan sebagian yang lain?4. Saya belum siap berperilaku dan berakhlak sebagaimana muslimah yang berjilbab. Yang berjilbab saja perilakunya tidak sesuai dengan jilbabnya.Saudariku, kewajiban harus diutamakan diatas segalanya.Berfirman Allah SWT, dalam kumpulan kalam Ilahinya, Q.S. Al Baqarah : 208,'Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhannya, dan janganlah kamu turut langkah-langkah setan. Sesungguhnya setan itu musuh yang nyata bagimu.'Tunaikanlah kewajibanmu dahulu kepada Penciptamu, dan kemudian secara perlahan memperbaiki segala akhlak buruk yang masih sulit engkau tinggalkan. Apakah engkau tidak sadar, dengan semakin lamanya engkau tunda berhijab, maka sedemikian menumpuklah dosa besar yang terus menggunung, yang harus dibalas dengan siksaan Allah, kuatkah engkau menjalaninya? Dosa yang terus mengalir dari hari ke hari, semakin memperberat timbangan dosa kita. Segeralah kita menuju jalan Allah.Sementara bagi mereka yang telah berhijab, namun perilakunya tidak sesuai dengan hijabnya, maka berprasangka baiklah, bahwa minimal ia telah menunaikan tugasnya sebagai hamba Allah, dalam hal menutup auratnya, sedangkan engkau masih enggan menjalaninya. Adapun sifat kurang baiknya adalah tugas kita bersama untuk memperbaikinya, dengan nasihat-nasihat yang baik, dan ikhlas, karena boleh jadi ia belum mengetahui ilmunya, sementara ia baru mendapatkan ilmu wajibnya berhijab, dan ia segera menunaikannya.Adapun kesiapan diri, maka sifatnya amatlah abstrak. Tidak ada parameter pasti yang mampu mengukur tingkat kesiapan seseorang, kecuali kalimat Sami'na wa Atho'na, sebagai implementasi Laa Ilaaha Illa Allah (Tidak ada yang lebih aku cintai kecuali Allah semata, hidupku hanyalah untuk Allah, Yang Menciptakanku, dan kepadaNya kelak aku akan kembali.Saudariku, harus bisa kita bedakan antara perintah manusia dan perintah Tuhan. Perintah manusia bisa salah dan benar. Imam Malik r.a. pernah berkata, 'Setiap orang bisa diterima ucapannya dan juga bisa ditolak, kecuali (perkataan) orang yang ada di dalam kuburan ini (Rasulullah)'.Jika perintah itu datang dari Allah di dalam kitabNya, atau melalui NabiNya, maka tidak ada bagi manusia untuk mengatakan 'saya belum mantap', padahal Dia Maha Mengetahui bahwa perintah itu untuk kebaikan kita, dan salah satu sebab tercapainya kebahagiaan kita.Padahal Allah menyukai orang-orang yang berkata, 'Sami'na wa atho'na, ghufronaka rabbanaa wa ilaykal mashiir (Q.S. Al Baqarah:285)', (Kami dengar dan kami segera ta'at, ampuni kami ya Allah, kepadaMulah tempat kembali kami), dan padahal Allah membenci orang-orang yang berkata, 'Sami'na wa 'ashoina (Q.S. Al Baqarah:93/Q.S. Annisa:46)', (Kami dengar tapi kami tidak mena'atinya).Alangkah hinanya kita ketika kita tidak menuruti keinginan Yang Menciptakan kita. Sementara ucapan 'Aku belum mantap' adalah ucapan yang berbahaya, karena bermakna ia meragukan kebenaran perintah tersebut, dan bermakna ia tidak mencintai Penciptanya, Rabbul 'Alamin.Berfirman Allah SWT dalam Q.S. Al Ahzab : 36 :'Dan tidaklah patut bagi laki-laki mukmin dan tidak pula bagi wanita mukminah, apabila Allah dan RasulNya telah menerapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barang siapa mendurhakai Allah dan RasulNya, maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata.'Begitu kerasnya Allah berfirman dalam ayat diatas, apakah kita tidak takut dimasukkan Allah dalam golongan orang-orang yang sesat?5. Saya belum dapat hidayah. Do'akanlah aku agar segera mendapat hidayah.Saudariku, hidayah tidak datang dengan sendirinya. Hidayah membutuhkan pencaharian. Dan bagaimanakah engkau mengetahui bahwa Allah belum memberimu hidayah? Apakah engkau mengetahui sesuatu yang ghaib yang ada dalam kitab yang tersembunyi (Al Lauh Al Mahfuzh), ataukah engkau mendapatkan bisikan dari golongan jin atau manusia?Telah berfirman Allah SWT dalam Q.S. Muhammad:17,'Dan orang-orang yang meminta petunjuk, Allah (akan) menambah petunjuk kepada mereka dan memberikan kepada mereka (balasan) ketakwaannya.'Ingatlah bahwa dalam hidayah, terdapat campur tangan dan usaha manusia, maka ikutilah petunjuk Allah agar engkau semakin dekat dengan hidayah Allah. Carilah sebab-sebab untuk mendapatkannya.Berfirman Allah SWT dalam Q.S. Ar Ra'd:11,'Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.'Fahamilah sunnatullah.Wahai saudariku, berusahalah mendapatkan sebab-sebab hidayah, niscaya akan engkau dapatkan dengan izin Allah. Banyaklah berdo'a kepada Allah, pilihlah teman yang shalihah, banyaklah membaca, pelajari dan renungilah Kitab Allah, ikutilah majelis-majelis dzikir dan ceramah-ceramah agama, dengarkanlah kaset-kaset pengajian, dan bacalah buku-buku tentang keimanan. Di sisi lain, hendaklah engkau terlebih dahulu meninggalkan hal-hal yang bisa menjauhkan dirimu dari datangnya hidayah, seperti teman yang tidak baik, bacaan-bacaan yang tidak bermanfa'at, tayangan-tayangan televisi yang buruk, dan hal-hal lainnya.6. Insha Allah saya akan berhijab setelah menikah kelak.Saudariku, bagaimana mungkin engkau dapat memastikan sesuatu yang engkau pun belum yakin apakah usiamu sampai hingga menikah kelak ataukah tidak. Bagaimanakah jika engkau telah dipanggil Allah dalam keadaan belum berhijab? Tidakkah engkau takut mati dalam keadaan masih tidak beriman pada sebuah kewajiban Allah yang amat mendasar bagi seorang muslimah? Bagaimana ketika hari ini kita telah berniat berbuat sebuah kebaikan yang kita telah tahu ilmunya, namun kita tunda karena beberapa alasan, namun ternyata di kemudian hari, usia kita tidak sampai merealisasikannya, karena Allah telah mencabut nyawa kita, maka bagaimana kita mempertanggungjawabkannya di hadapan Allah kelak? Kenapa kita menundanya? Kemana usia kita kita gunakan di dunia? Sejauh mana cinta kita pada Allah dan RasulNya?Saudariku, kematian tidak hanya mengetuk pintu orang yang sakit, tidak pula orang yang lanjut usia saja, tetapi juga orang-orang yang sehat wal afiat, orang dewasa, pemudi, bahwa sampai bayi yang masih menyusu pada ibunya. Banyak contoh yang dapat kita ambil dari kejadian di sekitar kita.Dalam Kitaabun Nikah, Imam Bukhari meriwayatkan sebuah hadits Rasulullaah SAW,'Wanita itu dinikahi karena empat hal. Yaitu karena harta, keturunan, kecantikan, dan agamanya. Dapatkanlah wanita yang berpegang teguh dengan agama, (jika tidak) niscaya kedua tanganmu berlumur debu.'Wanita yang shalihah untuk pria yang shalihah.Boleh jadi, wanita yang terbiasa memperlihatkan kecantikan tubuhnya -- yang dimaksudkan untuk menawan hati pria -- malah membuat para pemuda enggan menikahinya, karena beranggapan, jika wanita tersebut berani melanggar salah satu perintah Allah, yaitu hijab, tidak menutup kemungkinan dia akan berani melanggar perintah-perintah yang lain. Karena syaithan memiliki banyak langkah.7. Sesungguhnya iman itu ada di hati, dan juga Allah Maha Tahu kalaupun nanti saya telah berniat untuk berhijab.Saudariku, benar yang telah engkau katakan bahwa iman berada di dalam hati, sebagaimana sabda Rasulullaah SAW, 'Taqwa itu ada disini, seraya menunjuk ke arah dadanya.' (H.R. Muslim)Namun jangan sampai salah dalam mengartikan hadits di atas. Penulis kitab Nuzhatul Muttaqin berkata, 'Hadits ini menunjukkan pahala amal tergantung keikhlasan hati, kelurusan niat, perhatian terhadap situasi hati, kebenaran tujuan, dan kebersihan hati dari segala sifat tercela yang dimurkai Allah.'Bahwa Rasulullah SAW tidak memaksudkan bahwa iman tidak akan sempurna kecuali hanya di dalam hati saja, tetapi amal perbuatan tetap harus diperlihatkan kepada Allah, sementara hati adalah benteng terakhir selamatnya perbuatan kita.Bahwa telah sepakat jumhur ulama bahwa, 'Keyakinan dalam hati, pengucapan dengan lisan, dan pelaksanaan dengan anggota badan.'Dan akan lebih jelas lagi ketika kita menemukan firman Allah dalam Q.S. al-Ankabut:1-3,'Alif Laam Miim. Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan saja mengatakan: 'Kami telah beriman', sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang berdusta.'8. Saya sangat ingin berhijab, tapi suami saya lebih suka dengan keindahan rambut saya ketika tidak berhijab, lebih cantik katanya.Saudariku, ketaatan kepada Allah harus didahulukan daripada ketaatan kepada makhluk, siapapun dia. Setelah ketaatan kepada Allah, kedua orang tua lebih berhak untuk ditaati dari yang lainnya, selama itu bukan dalam kemaksiatan.Bersabda Rasulullah SAW,'Sesungguhnya ketaatan itu hanyalah dalam kebaikan.' (H.R. Bukhari dan Muslim)'Dan tidak boleh taat kepada makhluk dengan mendurhakai (bermaksiat) kepada al-Khaliq.' (H.R. Ahmad)Harus disadari bahwa halangan yang dihadapi merupakan ujian bagi setiap hamba, karena memang meraih Surga tidaklah semudah meraih Neraka.Bagi sang suami, harus ada seseorang yang mampu menasihatinya agar bertaqwa kepada Allah dalam urusan keluarganya. Dan hendaknya ia bersyukur kepada Allah yang telah memberikan kepadanya isteri yang ingin menerapkan salah satu perintah Allah, yakni memakai pakaian sesuai ketentuan syari'at, sehingga menjaga keselamatan dirinya dari fitnah. Dan mengingatkan dia sebuah kalam Ilahi dalam Q.S. At Tahrim:6, 'Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari Api Neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya malaikat-malaikat yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkanNya kepada mereka, dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.'Ayat diatas mendapat penegasan pula dari Rasulullah SAW, dalam haditsnya,'Seseorang laki-laki adalah pemimpin dalam keluarganya, dan bertanggung jawab atas yang dipimpinnya.' (H.R. Bukhari)Sehingga patutkan bagi seorang suami untuk memaksakan kehendaknya agar sang isteri tidak menutup auratnya dengan sempurna sebagaimana mestinya?Adapun bagi isteri, tetaplah untuk tidak menaati suami dalam kemaksiatan terhadap Allah, sampai kapanpun. Dan dalam tataran teknis, perhatikanlah adab sopan santun dan cara-cara yang hikmah dalam menyampaikannya kepada suami, bisa secara mesra, dan lemah lembut, dan tidak menggunakan kalimat-kalimat yang memancing emosi ataupun amarah, dan terkesan menggurui. Dan tetaplah tabah dan sabar menghadapi celaan, ejekan, dan hinaan, dan tidak boleh menyebabkan hubungan dengan suami menjadi retak. Hendaklah selalu meminta pertolongan Allah agar diberi keteguhan dalam prinsip, kemudahan dan jalan keluar dari kesulitan ini, kemudian meminta pertolongan sanak kerabat, dan kawan-kawan dekat suami. Senantiasalah membalas segala keburukan dengan kebaikan, dan pilihlah saat-saat yang tepat untuk dialog, dan sadarilah sekali lagi bahwa jalan ke Surga memang penuh dengan onak dan duri, dan tidak akan diberikan Allah kecuali setelah melewati kepayahan, kerja keras, dan tabah menanggung segala rintangan dan hambatan di jalan Allah.9. Kata orang tua saya, tidak berhijab lebih baik. Dan saya yakin orang tua selalu menginginkan yang terbaik buat anaknya.Saudariku, benar bahwa orang tua pasti selalu menginginkan yang terbaik buat anak puterinya. Namun, harus kita fahami, bahwa orang tua kita berpendapat akan sesuatu amat dilandasi oleh pemahamannya. Terkait masalah jilbab, amat boleh jadi, orang tua kita belum mendapatkan ilmunya, sejak kecilnya. Maka tugas kitalah secara perlahan-lahan menyadarkan orang tua kita, dan melakukan lobi-lobi internal, agar akhirnya menjadikan orang tua kita pendukung sejati niat kita untuk berhijab, dan bahkan mengikuti anaknya dalam berhijab. Subhanallah.Nabi kita, Rasulullah SAW pernah bersabda,'Masing-masing kamu adalah pemimpin, dan masing-masing kamu akan ditanya tentang yang dipimpinnya ....' (H.R. Bukhari)Seorang ayah adalah pemimpin dalam rumah tangga, dan akan ditanya Allah di hari Kiamat tentang orang-orang yang berada dibawah kepemimpinannya. Hendaknya seorang ayah bertanya pada dirinya sendiri :- Berapa banyak pemuda yang telah tergoda oleh puterinya?- Seberapa jauh puterinya telah menyebabkan penyimpangan para pemuda?- Berapa banyak hinaan yang dilontarkan para pemuda kepadanya?Semoga Allah senantiasa mengisi hati kita dengan cahayaNya yang tidak pernah padam, dan memenangkan kita dalam pertarungan kita melawan kejahatan syaithan, jin, dan manusia. Memerdekakan diri kita dari tawanan hawa nafsu, menuju alam kebebasan, kemuliaan, kehormatan, dan ketenangan, dan alam kesucian.10. Hijab hanyalah kebudayaan orang Arab, dan hijab tidak sesuai dengan mode masa kini.Saudariku, memang benar bahwa kebanyakan budak wanita di masa Rasulullah tidak berhijab, dan sebagian dari hartawan di kalangan wanita mengenakan hijab. Tapi kita harus fahami sebuah kejadian menarik di Madinah ketika Surah Al Ahzab:59 diturunkan, dimana terjadi Peristiwa yang amat menghebohkan di Madinah. Kedua setelah MIRAS. Apakah itu? Bagaimana 10 tahun awal da'wah Rasulullaah di Makkah Al Mukarramah tidak pernah menyinggung masalah syari'at. Beliau hanya menekankan pada masalah tauhid dan aqidah. Karena memperkuat penyerahan diri manusia atas Penciptanya adalah yang paling utama. Membina keikhlasan dan kesungguhan (mujahadah) dalam mengusung kalimat 'Laa ilaaha illallaah wa Muhammad Rasul Allah' adalah sebuah keniscayaan. Sehingga kita lihat bersama, bagaimana setelah keimanan umat Islam di Madinah telah begitu kokohnya, dan begitu pasrahnya mereka akan aturan Allah, dan begitu cintanya mereka pada Rasul Allah, ketika turun ayat Al Qur'an yang memerintahkan kaum wanita untuk mengenakan kerudung hingga ke dadanya, dan tidak memperlihatkan auratnya kepada laki-laki, pamannya, dll, (sebagaimana tercantum dalam Al Qur'an), dan ketika berita ini sampai ke telinga mereka, maka prinsip mereka hanya satu, yakni SAMI'NA wa ATHO'NA, kami dengar dan kami segera ta'at. Seluruh pasar-pasar di madinah, seluruh tempat-tempat di madinah menjadi riuh, karena para wanitanya yang saat itu sebagian besar tidak berkerudung, berlari ke sana kemari mencari segala sesuatu yang bisa menutupi rambut mereka, seperti goni, gorden rumah, dll. Subhanallaah, begitulah kita lihat bersama bagaimana mereka benar-benar hanya mengharapkan kebaikan di akhirat yang kekal abadi saja.Dan ingatlah bahwa ayat itu tidak diturunkan khusus untuk orang Arab, tapi kalimatnya ditujukan untuk seluruh wanita-wanita mukmin, wanita-wanita yang benar-benar beriman kepada Penciptanya.Saudariku sekalian, demikian 10 Jawaban yang saya susun, tiada lain kecuali berharap mengetuk pintu kesadaran saudariku sekalian untuk kembali kepada tuntunan suci Al Qur'an dan As Sunnah, agar jalan hidup kita menjadi lurus, dan mendapatkan kebaikan hidup baik di dunia maupun kehidupan akhirat kelak yang tidak memiliki batasan akhir kehidupan (kekal abadi). Apakah kita kekal dalam kebahagiaan, atau kekal dalam siksanya Allah, seluruhnya terpulang pada diri kita masing-masing. Tidak ada seorangpun yang berhak memaksa orang lain untuk berpaling dari keyakinannya, hanya kewajiban menyeru ke jalan Allah lah yang wajib ditunaikan.Berfirman Allah SWT dalam Q.S. Al Baqarah : 272,'Bukanlah kewajibanmu menjadikan mereka mendapat petunjuk, akan tetapi Allah-lah yang memberi petunjuk (memberi taufik) siapa yang dikehendaki-Nya'.Oleh karenanya, janganlah kita termasuk kepada golongan orang-orang yang mengunci mati hati mereka dari datangnya petunjuk, menutup rapat-rapat telinga kita, sehingga hidayah semakin jauh dari kita. Bersegeralah menuju ridhonya Allah, di hari-hari hidup kita yang masih tersisa ini.Allaahu a'lam, waliyyut taufiiq.

click biar lengkap......

Sabar Itu Indah




Kualitas kesabaran kita diuji sepanjang jalan kita meraih tujuan, untuk menjadikan diri kita orang yang tenang dan penuh kasih sayang. Semakin kita sabar, semakin dapat menerima hidup ini apa adanya bukan semakin memaksakan hidup ini persis seperti yang kita kehendaki. Tanpa kesabaran, hidup pastilah akan membuat kita sangat frustasi. Kita akan mudah jengkel, terganggu, dan merasa disakiti. Kesabaran menambahkan suatu dimensi ketenteraman dan rasa menerima pada hidup kita. Dimensi yang sangat penting bagi ketenangan batin. "Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga dan bertakwalah kepada Allah, supaya kamu beruntung." (Ali Imran: 200).Menjadi lebih sabar mengharuskan kita membuka hati kita pada saat sekarang, bahkan bila kita tidak menyukainya. Bila kita terjebak di tengah kemacetan total, terlambat datang ke sebuah pertemuan, membayangkan saat-saat itu akan berarti memerangkap diri kita, membentuk bola salju mental sebelum pikiran kita keluar dan mengingatkan kita untuk santai. Ini juga mungkin waktu yang baik untuk meraih nafas dan juga kesempatan untuk mengingatkan dirimu bahwa, pada skema yang lebih besar, terlambat adalah "masalah kecil". "Siapa saja yang melatih dirinya untuk bersabar, niscaya Allah akan memberikan kepadanya kekuatan sehingga mampu bersabar." (Al Hadits).Kesabaran juga mengharuskan kita melihat ketidakbersalahan pada diri orang lain. Seringkali ketika aku sedang menulis, ibu memanggilku untuk melakukan ini itu, yang bagi seorang penulis bisa sangat membuyarkan konsentrasi. Yang aku ingat setelah itu, adalah jasa-jasanya yang begitu banyak, yang telah diberikannya kepadaku, bukan memikirkan implikasi yang bisa terjadi pada pekerjaanku karena gangguannya itu ("Aku tak bisa menyelesaikan pekerjaanku, aku kehilangan ilham, hari ini aku tak punya waktu lagi untuk menulis,dan seterusnya").Aku ingatkan diriku mengapa ibu menyuruhku melakukan ini itu – karena aku anaknya, dia masih percaya kepadaku, bukan berencana merusak pekerjaanku. Bila aku ingat untuk melihat ketidakbersalahan, aku akan segera memunculkan suatu perasaan sabar, dan perhatianku balik kembali ke masa sekarang. Rasa terganggu yang mungkin terbentuk menjadi lenyap dan aku diingatkan sekali lagi, bahwa betapa beruntungnya aku memiliki ibu yang telah melahirkanku.Aku menemukan bahwa bila kita melihat lebih jauh, kita dapat hampir selalu melihat ketidakbersalahan di dalam diri orang lain, dan juga di dalam setiap situasi yang baik membuat frustasi. Bila kita melakukannya, kita akan menjadi orang yang lebih sabar dan tenang dan, dengan cara yang aneh, kita mulai menikmati saat-saat yang biasanya akan membuat kita frustasi.



click biar lengkap......

Apa Pantas Berharap Surga?



Sholat dhuha cuma dua rakaat, qiyamullail (tahajjud) juga hanya dua rakaat, itu pun sambil terkantuk-kantuk. Sholat lima waktu? Sudahlah jarang di masjid, milih ayatnya yang pendek-pendek saja agar lekas selesai. Tanpa doa, dan segala macam puji untuk Allah, terlipatlah sajadah yang belum lama tergelar itu. Lupa pula dengan sholat rawatib sebelum maupun sesudah shalat wajib. Satu lagi, semua di atas itu belum termasuk catatan: "Kalau tidak terlambat" atau "Asal nggak bangun kesiangan". Dengan sholat model begini, apa pantas mengaku ahli ibadah? Padahal Rasulullah dan para sahabat senantiasa mengisi malam-malamnya dengan derai tangis memohon ampunan kepada Allah. Tak jarang kaki-kaki mereka bengkak oleh karena terlalu lama berdiri dalam khusyuknya. Kalimat-kalimat pujian dan pinta tersusun indah seraya berharap Allah Yang Maha Mendengar mau mendengarkan keluh mereka. Ketika adzan berkumandang, segera para sahabat meninggalkan semua aktivitas menuju sumber panggilan, kemudian waktu demi waktu mereka habiskan untuk bersimpuh di atas sajadah-sajadah penuh tetesan air mata. Baca Qur'an sesempatnya, itu pun tanpa memahami arti dan maknanya, apalagi meresapi hikmah yang terkandung di dalamnya. Ayat-ayat yang mengalir dari lidah ini tak sedikit pun membuat dada ini bergetar, padahal tanda-tanda orang beriman itu adalah ketika dibacakan ayat-ayat Allah maka tergetarlah hatinya. Hanya satu dua lembar ayat yang sempat dibaca sehari, itu pun tidak rutin. Kadang lupa, kadang sibuk, kadang malas. Yang begini ngaku beriman? Tidak sedikit dari sahabat Rasulullah yang menahan nafas mereka untuk meredam getar yang menderu saat membaca ayat-ayat Allah. Sesekali mereka terhenti, tak melanjutkan bacaannya ketika mencoba menggali makna terdalam dari sebaris kalimat Allah yang baru saja dibacanya. Tak jarang mereka hiasi mushaf di tangan mereka dengan tetes air mata. Setiap tetes yang akan menjadi saksi di hadapan Allah bahwa mereka jatuh karena lidah-lidah indah yang melafazkan ayat-ayat Allah dengan pemahaman dan pengamalan tertinggi. Bersedekah jarang, begitu juga infak. Kalau pun ada, dipilih mata uang terkecil yang ada di dompet. Syukur-syukur kalau ada receh. Berbuat baik terhadap sesama juga jarang, paling-paling kalau sedang ada kegiatan bakti sosial, yah hitung-hitung ikut meramaikan. Sudah lah jarang beramal, amal yang paling mudah pun masih pelit, senyum. Apa sih susahnya senyum? Kalau sudah seperti ini, apa pantas berharap Kebaikan dan Kasih Allah? Rasulullah adalah manusia yang paling dirindui, senyum indahnya, tutur lembutnya, belai kasih dan perhatiannya, juga pembelaannya bukan semata milik Khadijah, Aisyah, dan istri-istri beliau yang lain. Juga bukan semata teruntuk Fatimah dan anak-anak Rasulullah lainnya. Ia senantiasa penuh kasih dan tulus terhadap semua yang dijumpainya, bahkan kepada musuhnya sekali pun. Ia juga mengajarkan para sahabat untuk berlomba beramal shaleh, berbuat kebaikan sebanyak-banyaknya dan sebaik-baiknya. Setiap hari ribut dengan tetangga. Kalau bukan sebelah kanan, ya tetangga sebelah kiri. Seringkali masalahnya cuma soal sepele dan remeh temeh, tapi permusuhan bisa berlangsung berhari-hari, kalau perlu ditambah sumpah tujuh turunan. Waktu demi waktu dihabiskan untuk menggunjingkan aib dan kejelekan saudara sendiri. Detik demi detik dada ini terus jengkel setiap kali melihat keberhasilan orang dan berharap orang lain celaka atau mendapatkan bencana. Sudah sedemikian pekatkah hati yang tertanam dalam dada ini? Adakah pantas hati yang seperti ini bertemu dengan Allah dan Rasulullah kelak? Wajah indah Allah dijanjikan akan diperlihatkan hanya kepada orang-orang beriman yang masuk ke dalam surga Allah kelak. Tentu saja mereka yang berkesempatan hanyalah para pemilik wajah indah pula. Tak inginkah kita menjadi bagian kelompok yang dicintai Allah itu? Lalu kenapa masih terus bermuka masam terhadap saudara sendiri? Dengan adik tidak akur, kepada kakak tidak hormat. Terhadap orang tua kurang ajar, sering membantah, sering membuat kesal hati mereka, apalah lagi mendoakan mereka, mungkin tidak pernah. Padahal mereka tak butuh apa pun selain sikap ramah penuh kasih dari anak-anak yang telah mereka besarkan dengan segenap cinta. Cinta yang berhias peluh, air mata, juga darah. Orang-orang seperti kita ini, apa pantas berharap surga Allah? Dari ridha orang tua lah, ridha Allah diraih. Kaki mulia ibu lah yang disebut-sebut tempat kita merengkuh surga. Bukankah Rasulullah yang sejak kecil tak beribu memerintahkan untuk berbakti kepada ibu, bahkan tiga kali beliau menyebut nama ibu sebelum kemudian nama Ayah? Bukankah seharusnya kita lebih bersyukur saat masih bisa mendapati tangan lembut untuk dikecup, kaki mulia tempat bersimpuh, dan wajah teduh yang teramat hangat dan menyejukkan? Karena begitu banyak orang-orang yang tak lagi mendapatkan kesempatan itu. Ataukah harus menunggu Allah memanggil orang-orang terkasih itu hingga kita baru merasa benar-benar membutuhkan kehadiran mereka? Jangan tunggu penyesalan. Astaghfirullaah ...


click biar lengkap......