5/27/07

Jika Aku Jatuh Cinta




Ya Allah, jika aku jatuh cinta,

cintakanlah aku pada seseorang yang

melabuhkan cintanya pada-Mu,

agar bertambah kekuatan ku untuk mencintai-Mu.
Ya Muhaimin,

jika aku jatuh cinta,j

agalah cintaku padanya agar tidak

melebihi cintaku pada-Mu

Ya Allah,

jika aku jatuh hati,

izinkanlah aku menyentuh hati seseorang

yang hatinya tertaut pada-Mu

,agar tidak terjatuh aku dalam jurang cinta semu.
Ya Rabbana,

jika aku jatuh hati,

jagalah hatiku padanya agar tidak

berpaling pada hati-Mu.
Ya Rabbul Izzati,

jika aku rindu,

rindukanlah aku pada seseorang

yangmerindui syahid di jalan-Mu.
Ya Allah,

jika aku rindu,

jagalah rinduku padanya agar tidak lalai aku

merindukan syurga-Mu.
Ya Allah,

jika aku menikmati cinta kekasih-Mu,

janganlah kenikmatan itu melebihi kenikmatan indahnya

bermunajat di sepertiga malam terakhirmu.
Ya Allah,

jika aku jatuh hati pada kekasih-Mu,

jangan biarkan aku tertatih dan terjatuh dalam perjalanan panjang

menyeru manusia kepada-Mu.
Ya Allah,

jika Kau halalkan aku merindui kekasih-Mu,

jangan biarkan aku melampaui batas

sehingga melupakan aku

pada cinta hakiki dan rindu abadi hanya kepada-Mu.

(dalam rinduku)

click biar lengkap......

ADA APA DENGAN CINTA



ketika masih duduk semester VI di STAI Luqman Al Hakim Hidayatullah Surabaya, ada salah seorang teman dipanggil oleh pengasuh. Setelah kembali teman itu sebutlah si Ali (Nama samaran) menceritakan pengalamannya ketika dipanggil oleh Pengasuh. Ternyata Ali dipanggil karena dia terjangkit virus CBSA….tuh istilah yang digunakan bagi kami para aktivis pondok. CBSA itu singkatan dari “cinta bersemi sesama aktivis”. Emang sich dipondok kami bagi yang sedang menempuh jenjang pendidikan regular untuk menahan diri dari yang namanya terang-terangan dalam “Proses” menggenapkan addin(Menikah). Ada satu jawaban yang membuat saya sedikit terperangah ketika Ali ditanya teman tentang perasaannya dengan santai Ali mengatakan kalau “sehari saja tidak berjumpa dengan dia serasa satu tahun”
ah..cinta..


Saya selalu terpana dengan cinta. Membuat pikiran ini dengan susah payah membayangkan seorang Abu Bakar yang menahan air matanya karena digigit kalajengking ketika Rasulullah tidur dipangkuannya ketika perjalanan hijrah, walaupun akhirnya air matanya jebol juga mengenai wajah Rasulullah yang kemudian terbangun lantas bertanya kenapa menangis. Lantas Abu Bakar mencertikan tentang keadaannya. Dan diakhiri dengan “aku takut dengan tangisku membangunkanmu”. Berkat mukzizat Rasul, sakit itu pun berhasil disembuhkan. (Sumber, ‘Berkas-berkas Cahaya Kenabian’, Ahmad Muhammad Assyaf). Seorang sahabat pernah bernasyid di depan saya, menukil sebuah nasyid yang dipopulerkan oleh SNADA. Ingin kukatakan, arti cinta kepada dirimu dindaAgar kau mengerti, arti sesungguhnyaTak akan terlena dan terbawa, alunan bunga asmara Yang kan membuat dirimu sengsara Cinta suci luar biasa, rahmat sang penciptaKepada semua hamba-hambanya Jangan pernah kau berpaling dari cintaCinta dari sang maha penciptaKau pasti tergoda… Nyanyian itu membuat saya merenung panjang lebar. Yups, ketemu deh. Ada cinta positif, ada juga cinta negatif. Jika cinta adalah energi, maka akan muncul pula energi positif dan energi negatif. Adanya energi membuat semua terasa ringan. Dengan energi, gampang saja si Edo misalnya, menghajar serombongan preman yang mengusili pacarnya, Dewi. Konon cinta bisa membuat si penakut menjadi pemberani. Dengan energi pula puasa ramadhan terasa begitu indah, meskipun sebulan penuh kita diperintahkan untuk tidak makan dan minum dari terbit hingga terbenam matahari.
Kendali, itu kuncinyaEnergi itu akan di dihasilkan oleh reaktor hati, pembedanya adalah faktor pengendali. PLTN adalah sebuah tempat berlangsungnya reaksi nuklir yang terkendali, sehingga energi yang dilepaskan dapat menjadi komponen yang berfungsi untuk manusia. Itu energi positif. Jika reaksi nuklir tidak terkendali, bayangkanlah ledakan bom atom di Hiroshima dan Nagasaki yang menewaskan ratusan ribu manusia dan menimbulkan kerugian yang luar biasa. Itu energi negatif. Karena reaktor tersebut adalah hati, maka semua manusia pasti memilikinya. Positif atau negatif tergantung pada pengendalian manusia tersebut terhadap hati yang dimiliki. Seperti sabda rasulullah SAW : “Inna fii jasadi mudhghotan Idza sholuhat sholuhal jasadu kulluhu. Waidza fasadat fasadal jasadu kulluhu. Alaa wahiyal qolbu.” Sesungguhnya dalam jasad ada segumpal daging. Jika ia baik, maka baiklah seluruhnya. Jika ia rusak, maka rusaklah seluruhnya. Ingatlah bahwa ia adalah hati. (HR Bukhari Muslim). Cinta Negatif, Apaan tuh?!Adalah cinta yang dialirkan dari energi tak terkendali. Ini nich, cinta yang merusak. Terlahir dari syubhat dah syahwat. Ngakunya moderat, padahal kuno berat. Bagaimana tidak kuno, cinta yang lahir dari syahwat mulai ada sejak jaman bauhela, bagaimana mungkin orang yang tidak pacaran disebut sebagai ‘ketinggalan jaman?’ Cinta negatif kini telah membanjiri pasaran, menebar kemadhorotan. Remaja gelagapan dan tidak tahu jalan, akhirnya ikut-ikutan. Pacaran, free sex, kumpul kebo, selingkuh… mendadak jadi tren. Secara normatif, semua perempuan tidak mau melihat lelaki yang dicintai ngabuburit dengan perempuan lain. Namun anehnya, ia malah berdandan seseksi mungkin agar lelaki lain tertarik padanya. Mana bisa kesetiaan dipertahankan jika syahwat dikedepankan?Mau tahu korban dari cinta negatif? Kerusakan moral. Yap! Survey di Yogyakarta menyebutkan 97,05% mahasiswa di Yogya tidak perawan, Survey itu dilakukan kepada 1660 responden dan hanya 3 orang yang mengaku belum melakukan aktivitas seks termasuk masturbasi! Astaghfirullah. Terlepas dari pro dan kontra tentang kashahihan hasil survey itu, jelas… data yang tercatat menunjukan sebuah ketakutan yang luar biasa bagi para orang tua yang ingin menyekolahkan anaknya ke Yogya. Cinta negatif telah menjelma menjadi teroris! Bukan hanya cinta yang mengeksploitasi seks, juga cinta kepada tahta dan harta yang membuat manusia berubah menjadi serigala yang sanggup tertawa-tawa ketika mengunyah bangkai rekan sendiri. Menggapai Cinta PositifCinta positif adalah cinta yang frame-nya adalah cinta karena Allah. Cinta kepada Allah sebagai cinta yang hakiki, sedang cinta kepada selain Allah dilaksanakan dalam rangka ketaatan kepada Allah. Jika diatas disebutkan bahwa kata kuncinya adalah ‘kendali hati’, maka jelas, untuk menggapai cinta positif, hati harus pertama kali ditundukan. Jika hati telah ditundukkan maka akan bisa kita kendalikan. Jika hati terkendali, yakin deh, seluruh jasad dan akal kita pun mampu selaras dengan sang panglimanya tersebut. Bahasa Pena?Jika cinta adalah energi, maka yang terlahir dari cinta adalah produktivitas. Pena hanya salah satu dari banyak pilihan, tergantung pada potensi masing-masing. Saya memilih pena karena profesi saya adalah seorang penulis. Karena bingkai kecintaan itu adalah cinta kepada Allah, maka saya akan menjadikan tarian pena saya sebagai ekspresi kecintaan kepada Allah. Serupa tapi tak sama akan dialami oleh teman-teman yang mahir dibidang lain, memasak, memprogram komputer dan sebagainya. Bukti cinta itu adalah produktivitas. So, jika kita tidak produktif, berarti tidak ada energi yang menggerakan, yang ujung-ujungnya, kamu tidak punya cinta. Kasiaaan deh Luuu. Ada apa dengan cinta? Jawabnya : ada energi. Muaranya, produktivitas, optimalisasi potensi. Tentu saja yang kita usahakan adalah cinta positif, sehingga produktivitas yang tercetak adalah produktivitas yang positif pula. (by Ibam dengan sumber kafemuslimah



click biar lengkap......

Mutiara sang Pelopor Peradaban Islam…(ust Abdullah Said)

KADER
“ rasakan serta nikmati hal-hal yang tidak menyenangkan dalam perjuangan, maka akan mendapat kekuatan dalam jiwa”
DAKWAH dan KEHIDUPAN
keberhasilan dakwah seorang muballigh tidak ditentukan oleh banyaknya tepuk tangan dan puji-pujian.

ada kekeliruan yang sangat fatal dikalangan umat bahwa Muhammad memilih hidup miskin itu diterjemahkan dengan hidup ideal yang islami adalah merana dan sengsara.

jika nilai agama hanya diajarkan sebagai ilmu pengetahuan, tanpa diantar pada wujud pelaksanaan, maka merupakan suatu bencana besar yang menimpa umat Islam. Lebih besar bahayanya dari gempa bumi yang menewaskan sekian jumlah orang dan menimbulkan kerugian miliaran rupiah.

dakwah yang lebih didengar adalah dakwah yang didukung dengan pembuktian nyata berupa peragaan dan praktek di lapangan pada diri dan keluarga.
karena ketidak jelasan manhaj kadang-kadang dakwah islam tidak lebih dari sekedar huru hara.
dakwah bukanlah pekerjaan ringan, karena Allah tidak menitip amanah ini kepada sembarang orang.
diatas kesulitan-kesulitan yang kita hadapi di lapangan perjuangan, ada janji-janji Allah yang sangat menggiurkan.
setetes hidayah dari Allah, jauh lebih berarti dari berjilid-jilid buku yang ditulis oleh seorang penulis terkenal sekalipun.
ukuran sederhana keimanan seorang mukmin dapat diketahui lewat kadar cintanya (bersambung)….

click biar lengkap......

7 Ciri 'Sok Tahu'




'Sok tahu' pada dasarnya adalah "merasa sudah cukup berpengetahuan" padahal sebenarnya kurang tahu. Masalahnya, orang yang sok tahu biasanya tidak menyadarinya. Lantas, bagaimana kita tahu bahwa kita 'sok tahu'? Mari kita mengambil hikmah dari Al-Qur'an. Ada beberapa ciri 'sok tahu' yang bisa kita dapatkan bila kita menggunakan perspektif surat al-'Alaq. 1. Enggan MembacaKetika disuruh malaikat Jibril, "Bacalah!", Rasulullah Saw. menjawab, "Aku tidak bisa membaca." Lalu malaikat Jibril menyampaikan lima ayat pertama yang memotivasi beliau untuk optimis. Adapun orang yang 'sok tahu' pesimis akan kemampuannya. Sebelum berusaha semaksimal mungkin, ia lebih dulu berdalih, "Ngapain baca-baca teori. Mahamin aja


sulitnya minta ampun. Yang penting prakteknya 'kan?" Padahal, Allah pencipta kita itu Maha Pemurah. Ia mengajarkan kepada kita apa saja yang tidak kita ketahui. Disisi lain, ada pula orang Islam yang terlalu optimis dengan pengetahuannya, sehingga enggan memperdalam. Katanya, misalnya, "Ngapain baca-baca Qur'an lagi. Toh udah khatam 7 kali. Mending buat kegiatan lain aja." Padahal, Al-Qur'an adalah sumber dari segala sumber ilmu, sumber 'cahaya' yang tiada habis-habisnya menerangi kehidupan dunia. Katanya, misalnya lagi, "Ngapain belajar ilmu agama lagi, toh sejak SD hingga tamat kuliah udah diajarin terus." Padahal, 'ilmu agama' adalah ilmu kehidupan dunia-akhirat. 2. Enggan MenulisOrang yang sok tahu terlalu mengandalkan kemampuannya dalam mengingat-ingat dan menghafal pengetahuan atau ilmu yang diperolehnya. Ia enggan mencatat. "Ngerepotin," katanya. Seolah-olah, otaknya adalah almari baja yang isinya takkan hilang. Padahal, sifat lupa merupakan bagian dari ciri manusia. Orang yang sok tahu enggan mencatat setiap membaca, menyimak khutbah, kuliah, ceramah, dan sebagainya. Padahal, Allah telah mengajarkan penggunaan pena kepada manusia. Di sisi lain, ada pula orang yang kurang mampu menghafal dan mengingat-ingat pengetahuan yang diperolehnya, tapi ia merasa terlalu bodoh untuk mampu menulis. "Susah," katanya. Padahal, merasa terlalu bodoh itu jangan-jangan pertanda kemalasan. Emang sih, kalo nulis buat orang lain, kita perlu ketrampilan tersendiri. Tapi, bila nulis buat diri sendiri, bukankah kita gak bakal kesulitan nulis 'sesuka hati'? Apa susahnya nulis di buku harian, misalnya, "Tentang ciri sok tahu, lihat al-'Alaq!"? 3. Membanggakan Keluasan PengetahuanOrang yang sok tahu membanggakan kepintarannya dengan memamerkan betapa ia banyak membaca, banyak menulis, banyak mendengar, banyak berceramah, dan sebagainya tanpa menyadari bahwa pengetahuan yang ia peroleh itu semuanya berasal dari Allah. Ia mengira, prestasi yang berupa luasnya pengetahuannya ia peroleh berkat kerja kerasnya saja. Padahal, terwujudnya pengetahuan itu pun semuanya atas kehendak-Allah. Mungkin ia suka meminjam atau membeli buku sebanyak-banyaknya, tetapi membacanya hanya sepintas lalu atau malah hanya memajangnya. Ia merasa punya cukup banyak wawasan tentang banyak hal. Ia tidak merasa terdorong untuk menjadi ahli di bidang tertentu. Kalau ia menjadi muballigh 'tukang fatwa', semua pertanyaan ia jawab sendiri langsung walau di luar keahliannya. Ia mungkin bisa menulis atau berbicara sebanyak-banyaknya di banyak bidang, tetapi kurang memperhitungkan kualitasnya.4. Merendahkan Orang Lain Yang Tidak SepahamBagi orang Islam yang sok tahu, siapa saja yang bertentangan dengan pendapatnya, segera saja ia menuduh mereka telah melakukan bid'ah, sesat, meremehkan agama, dan sebagainya. Bahkan, misalnya, sampai-sampai ia melarang orang-orang lain melakukan amal yang caranya lain walau mereka punya dalil tersendiri. Ia menjadikan dirinya sebagai "Yang Maha Tahu", terlalu yakin bahwa pasti pandangan dirinyalah satu-satunya yang benar, sedangkan pandangan yang lain pasti salah. Padahal, Allah Swt berfirman: "Janganlah kamu menganggap diri kamu suci; Dia lebih tahu siapa yang memelihara diri dari kejahatan." (an-Najm [53]: 32) Muslim yang sok tahu cenderung menganggap kesalahan kecil sebagai dosa besar dan menjadikan dosa itu identik dengan kesesatan dan kekafiran! Lalu atas dasar itu dengan gampangnya ia mengeluarkan 'vonis hukuman mati'. Padahal, dalam sebuah hadits shahih dari Usamah bin Zaid dikabarkan, "Barangsiapa mengucapkan laa ilaaha illallaah, maka ia telah Islam dan terpelihara jiwa dan hartanya. Andaikan ia mengucapkannya lantaran takut atau hendak berlindung dari tajamnya pedang, maka hak perhitungannya ada pada Allah. Sedang bagi kita cukuplah dengan yang lahiriah." 5. Menutup Telinga dan Membuang Muka Bila Mendengar Pendapat LainOrang yang sok tahu tidak memberi peluang untuk berdiskusi dengan orang lain. Kalau toh ia memasuki forum diskusi di suatu situs, misalnya, ia melakukannya bukan untuk mempertimbangkan pendapat yang berbeda dengan pandangan yang selama ini ia anut, melainkan untuk mengumandangkan pendapatnya sendiri. Ia hanya melihat selayang pandang gagasan orang-orang lain, lalu menyerang mereka bila berlainan dengannya. Ia tidak mau tahu bagaimana mereka berhujjah (berargumentasi). Di samping itu, orang yang sok tahu itu bersikap fanatik pada pendapat golongannya sendiri. Seolah-olah ia berseru, "Adalah hak kami untuk berbicara dan adalah kewajiban kalian untuk mendengarkan. Hak kami menetapkan, kewajiban kalian mengikuti kami. Pendapat kami semuanya benar, pendapat kalian banyak salahnya." Orang yang terlalu fanatik itu tidak mengakui jalan tengah. Ia menyalahgunakan aksioma, "Yang haq adalah haq, yang bathil adalah bathil." 6. Suka Menyatakan Pendapat Tanpa Dasar Yang KuatMuslim yang sok tahu gemar menyampaikan pendapatnya dengan mengatasnamakan Islam tanpa memeriksa kuat-lemahnya dasar-dasarnya. Ia suka berkata, "Menurut Islam begini.... Islam sudah jelas melarang begitu...." dan sebagainya, padahal yang ia ucapkan sesungguhnya hanyalah, "Menurut saya begini.... Saya melarang keras engkau begitu...." dan seterusnya. Kalau toh ia berkata, "Menurut saya bla bla bla....", ia hanya mengemukakan opini pribadinya belaka tanpa disertai dalil yang kuat, baik dalil naqli maupun aqli. 7. Suka Berdebat KusirJika pendapatnya dikritik orang lain, orang yang sok tahu itu berusaha keras mempertahankan pandangannya dan balas menyerang balik pengkritiknya. Ia enggan mencari celah-celah kelemahan di dalam pendapatnya sendiri ataupun sisi-sisi kelebihan lawan diskusinya. Sebaliknya, ia tekun mencari-cari kekurangan lawan debatnya dan menonjol-nonjolkan kekuatan pendapatnya. Dengan kata lain, setiap berdiskusi ia bertujuan memenangkan perdebatan, bukan mencari kebenaran. Demikianlah beberapa ciri orang yang sok tahu menurut surat al-'Alaq dalam pemahamanku. Dengan mengenali ciri-ciri tersebut, semoga kita masing-masing dapat melakukan introspeksi dan memperbaiki diri sehingga kita tidak menjadi orang yang sok tahu. Aamien.

click biar lengkap......