6/8/07

Nikmatnya Menjadi Mukmin




"Sungguh heran terhadap perihal seorang Mukmin, semua urusannya membawa kebaikan kepadanya dan hal tersebut tidak dimiliki oleh seorangpun selain orang mukmin. Jika mendapat kegembiraan, ia bersyukur dan itu membawa kebaikan baginya. Jika mendapat kesusahan, ia bersabar dan itu juga membawa kebaikan baginya." (H.R. Muslim)Seorang mukmin pada hakekatnya tidak pernah mengalami kegundahan hati, baik ketika diberi kenikmatan maupun diberi cobaan. Kenikmatan yang telah diberikan Allah Swt, bagi seorang mukmin, akan menimbulkan rasa haru bercampur bahagia dan memanjatkan rasa syukur dan mengucap "Alhamdulillahi-Robbil-‘alamin" dan itu akan membawa kebaikan baginya. Berbeda dengan orang yang kurang rasa syukurnya kepada Allah Swt, yang jika telah diberikan rezeki yang melimpah dari Allah maka mereka kebanyakan akan berpaling dari Allah, seperti disinggung dalam Surah Fusshilat Ayat 49-51 :"Manusia (yang kafir) itu tidak jemu meminta kebaikan, jika kesusahan menimpa dia, maka (ia) putus harapan. Dan jika Kami rasakan kepadanya saru rahmat dari Kami, sesudah kesusahan yang mengenainya, niscaya ia berkata, "Ini buatku, dan aku tidak percaya akan terjadinya Hari Kiamat dan jika andakan aku dikembalikan kepada Tuhanku maka sesungguhnya adalah bagiku disisi-Nya (pemberian-pemberian) yang baik. Tetapi Kami sesungguhnya akan beritahu kepada mereka yang kafir itu apa-apa yang telah mereka kerjakan, dan sesungguhnya Kami akan rasakan kepada mereka azab yang keras. Dan apabila Kami beri nikmat atas manusia, ia berpaling dan menjauhkan diri tapi bila dia dikenai kesusahan, maka ia mempunyai permintaan yang panjang (lebar)." Dan sebaliknya, seorang mukmin yang diberi musibah seperti mengalami kesusahan dalam mencari sesuap nasi, akan bersabar. Dan kesabarannya ini akan memperoleh hasil berupa pahala disisi Allah Swt. Bagi seorang mukmin yang telah menyerahkan hati, tubuh dan jiwanya hanya kepada Allah Swt semata, ketidakmampuannya atau kesulitannya dalam mencari rezeki selama ini akan membuahkan nikmat tersendiri yang akan sulit dibayangkan oleh orang yang tidak mengerti akan hikmah kehidupan. Seorang Mukmin yang sejati akan berfikir bahwa kesusahan yang dialaminya tidaklah sebanding dengan kenikmatan yang diperolehnya dari Allah Swt. Mereka mempunyai keyakinan yang kuat bahwa segala sesuatu yang terjadi pada dirinya merupakan kehendak Tuhannya, Yang Maha Pemelihara. Sungguh banyak Nikmat Allah Swt yang telah diberikan kepada manusia, yang sebahagian kecilnya adalah :
Nikmat Naluri, tanpa naluri yang diberikan-Nya, mungkin manusia tidak akan ada didunia ini. Naluri inilah yang membimbing seorang bayi untuk berkomunikasi melalui tangisan sehingga didengar oleh ibu atau orang yang dekat dengannya. Tanpa naluri berupa tangisan ini, bayi tersebut mungkin sudah lama mati.
Nikmat Panca Indera, berupa mata, telinga, hidung, lidah dan lain sebagainya.
Nikmat Akal, yang membuat kita mampu berpikir sehingga kita bisa mengetahui segala sesuatu yang terjadi di dunia ini, yang memiliki batasan menurut kemampuan seseorang.
Nikmat kebebasan berbuat, dimana manusia bisa bebas melakukan sesuatu menurut kehendaknya.
Nikmat Agama yang berupa Petunjuk kejalan yang lurus, berupa mukjizat Allah yang diberikan kepada Rasulullah Saw, berupa Al-Quran dan sunah Nabi, yang merupakan nikmat tertinggi, pedoman bagi kita untuk menempuh kehidupan yang bahagia di dunia dan akhirat.
Nikmat ampunan dari-Nya, segala dosa yang telah kita perbuat, akan diberikan keampunan oleh Allah Swt dengan jalan tobat, kecuali Syirik.
Nikmat ciptaan-Nya berupa binatang dan buah-buahan, yang dengannya manusia bisa memperoleh makanan dan kesehatan.
Dan nikmat-nikmat lainnya yang tidak terhitung banyaknya. Dan dari sekian banyak nikmat yang telah diberikan oleh Allah Swt tersebut, bagi seorang mukmin, nikmat yang paling besar manfaatnya adalah nikmat berupa Agama. Salah satunya adalah Nikmat Sholat. Mengapa Sholat memiliki kenikmatan yang luar biasa? Bagi kita yang tidak memahami hikmah dibalik Sholat tersebut, maka berpendapat bahwa sholat itu hanya merupakan suatu kewajiban yang harus dilaksanakan. Tetapi bagi kita yang memahami arti dari Sholat tersebut akan menikmatinya dengan penuh kekhusukan.
Untuk mengetahui salah satu nikmat sholat yang diperoleh adalah dengan memahami makna sebahagian surat Al Fatihah. Cobalah kita pelajari salah satu hadist Qudsi yang disampaikan Rasulullah melalui menantunya, Ali bin Abi Thalib yang mengatakan, Sesungguhnya aku telah mendengar Rasulullah Saw bersabda bahwa Allah Swt berfirman :"Aku membagi surah Al Fatihah menjadi dua (2) bagian, setengah bagian untuk-Ku, setengah bagian lainnya untuk Hamba-Ku, apa yang dimintanya akan aku perkenankan, bila ia membaca Bismillahirrahmanir-rahim, Allah Berfirman, "Hamba-Ku memulai pekerjaannya dengan menyebut nama-Ku, maka menjadi kewajibanku untuk meyempurnakan seluruh pekerjaannya serta Kuberkati seluruh keadaannya. Apabila ia membaca, Al-hamdulillahi Rabbil-alamin, Allah menyambutnya dengan berfirman, "Hamba-Ku mengetahui bahwa seluruh nikmat yang dirasakannya bersumber dari-Ku, bahwa ia telah terhindar dari malapetaka karena kekuasaan-Ku. Aku mempersaksikan (wahai para malaikat), bahwa Aku akan menganugerahkan kepadanya nikmat-nikmat di akhirat, disamping nikmat-nikmat duniawi dan akan Kuhindarkan pula ia dari malapetaka ukhrawi dan duniawi." Apabila ia membaca, Ar-Rahmanir-Rahim, Allah menyambutnya dengan berfirman, "Aku diakui oleh hamba-Ku sebagai pemberi Rahmat dan sumber segala rahmat. Kupersaksikan kamu (wahai para malaikat) bahwa akan Aku curahkan rahmat-Ku kepadanya, sehingga sempurna dan akan kuperbanyak pula anugerah-Ku." Apabila ia membaca, "Malikiyaumid-din, Allah menyambutnya dengan berfirman, "Kupersaksikan kamu wahai para malaikat, sebagaimana diakui oleh hamba-Ku, bahwa Akulah Pemilik Hari Kemudian, maka akan Aku permudah baginya perhitungan dihari itu, akan Kuterima kebaikan-kebaikannya dan Kuampuni dosa-dosanya." Apabila ia berkata, Iyyaka na’budu, Allah menyambutnya dengan berfirman, "Benar apa yang diucapkan hamba-Ku, hanya Aku yang disembahnya. Kupersaksikan kamu semua, akan Kuberi ganjaran atas pengabdiannya, ganjaran yang menjadikan semua yang berbeda ibadah dengannya akan iri dengan ganjaran itu." Apabila ia membaca wa-iyyakanasta’in, Allah berfirman, "Kepada-Ku hamba-Ku meminta pertolongan dan perlindungan. Kupersaksikan kamu pasti akan Kubantu ia dalam segala urusannya akan Kutolong dia dalam segala kesulitanya, serta akan Kubimbing dia pada saat-saat krisisnya." Apabila ia membaca, "Ihdinash-shiratal mustaqim, Allah menyambutnya dengan berfirman, "Inilah permintaan hamba-Ku dan bagi hamba-Ku apa yang dimintanya telah Kuperkenankan bagi hamba-Ku permintaannya, Kuberikan apa yang diharapkannya, Kutenteramkan jiwanya dari segala yang mengkhawatirkannnya."Sungguh memang Allah Swt pemberi nikmat terbesar di alam raya ini. Memang patutlah kita sebagai seorang mukmin, tidak diperbolehkan berkeluh kesah dalam menghadapi segala macam cobaan. Tetapi, Apakah ada kenikmatan atau kebaikan yang dirasakan oleh seorang Mukmin yang ditinggal mati oleh salah seorang keluarga yang dicintainya? Untuk kejadiannya ini, ada menariknya jika kita mengutip suatu pelajaran dari sebuah buku yang berjudul "Memoar Hasan Al-Banna", dimana dikisahkannya sebagai berikut, "Pada saat menjelang perayaan peringatan Maulid Nabi, setiap malam sejak tanggal 1 hingga 12 Rabi’ul Awwal, secara berombongan dan bergiliran kami selalu mengunjungi rumah salah seorang ikhwan. Malam itu, tibalah giliran rumah Syaikh Syalbi Ar-Rijal yang menjadi jadwal kunjungan. Kami pun berangkat seperti biasanya, setelah Sholat Isya. Saya melihat rumah Syaikh Syalbi sangat terang, bersih dan rapi. Dihidangkanlah serbat, kopi dan girfah seperti biasanya. Kami duduk dan meminta nasehat-nasehat Syaikh Syalbi. Ketika kami hendak pergi, ia berkata dengan senyum lembut, "Datanglah kalian besok pagi-pagi sekali, agar kita bisa menguburkan Ruhiyah bersama-sama." Ruhiyah adalah putrid beliau satu-satunya. Allah menganugerahkan Ruhiyah kepadanya kurang lebih 11 tahun dari usia pernikahannya. Ia mencintainya sehingga tidak pernah meninggalkannya sekalipun walau sedang sibuk bekerja. Ruhiyah kemudian tumbuh menjadi seorang remaja. Ia manamainya Ruhiyah karena putrinya ini menempati kedudukan "ruh" pada dirinya. Tentu kami terperanjat dan berkata, "Kapan ia meninggal?" Tanya kami spontan. "Tadi menjelang maghrib!" jawabnya tenang. "Kenapa Syaikh tidak memberitahukan kepada kami sejak tadi, sehingga kami dapat mengajak kawan yang lain untuk kemari bersama-sama." Ia menjawab, "Apa yang terjadi telah meringankan kesedihanku. Pemakaman telah berubah menjadi peristiwa yang membahagiakan. Apakah kalian masih menginginkan Nikmat Allah yang lebih besar lagi daripada nikmat ini?" Subhanallah, semoga Allah Swt memberi tempat kepada Syaikh tersebut ditempat yang sebaik-baiknya. Amin… (edi/aol)
Risalah Malam
Penulis: Faruq
Malam semakin larut. Hujan yang turun sejak senja tadi, menyisakan rintik-rintik kecil. Menambah sunyi sang malam. Menambah dingin angin malam. Membuat cahya rembulan menjadi remang. Sembunyi di balik kerumunan awan. Meninabobokan anak-cucu adam. Lelap dalam tidurnya. Hangat dalam selimutnya. Terbuai dalam mimpinya. Bergumam dalam igaunya. Suasana yang pernah digambarkan Al Ghazali dalam petikan syairnya : Di akhir malam yang makin kelamDi waktu tenang seisi alamAku berbaring di atas ranjang Bagaikan benda yang melayangMalam memasuki separuh masa. Sang purnama mulai berani manampakkan diri. Juga bintang-bintang. Kerlip silih berganti. Menghilangkan kepekatan malam. Memberikan kehidupan. Sebaik-baik kehidupan. Adakah anak-cucu adam yang tersadar? Bangun dari tidurnya? Merasakan kelezatannya? Ataukah mereka cukup puas dengan mimpinya. Hingga tak mendengar panggilan Rabb-Nya.Hai orang yang berselimut, bangunlah (untuk sholat) di malam hari, kecuali sedikit (daripadanya), (yaitu) seperduanya atau kurangilah dari seperdua itu sedikit, atau lebih dari seperdua itu. Dan bacalah Al Qur'an itu dengan perlahan-lahan. (QS Al Muzzamil : 1-4) Panggilan itu terdengar sayup. Namun menyusup dalam hembusan angin malam. Menemukan seorang yang menantinya. Yang mengharapkan pertemuan itu. Tanpa dialog panjang, bergegas ia bangkit. Dengan kerinduan yang memuncak. Ia bergegas membersihkan diri. Kemudian larut dalam munajatnya. Mencurahkan isi hati. Menyesali kealpaan diri. Mengharapkan ampunan Rabbi.'...Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang yang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri maaflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir'. (QS Al Baqarah : 286)Ayat demi ayat dalam kitab suci mengalir. Dari lisannya yang lembut. Dari suara hatinya yang bening. Memberikan ketenangan jiwa. Menciptakan kepekaan bathin. Membuang jauh urusan duniawi. Melebur dalam firman-firmanNya yang agung. Hingga suatu saat tubuhnya berguncang hebat. Diiringi oleh isak tangis yang mendalam. Tatkala sekelebat bayangan neraka jahannam nampak di hadapannya... Maka kecelakaan yang besarlah di hari itu bagi orang-orang yang mendustakan, (yaitu) orang-orang yang bermain-main dalam kebatilan, pada hari mereka didorong ke neraka Jahanam dengan sekuat-kuatnya. (Dikatakan kepada mereka): 'Inilah neraka yang dahulu kamu selalu mendustakannya'. (QS At Thur : 11-14)Jahannam... mungkin tiada yang mampu membayangkan pedih siksanya. Termasuk dirinya. Namun jika membayangkan kotornya hati, lumuran dosa, dan lembaran dusta yang pernah diperbuat, siapa yang menjamin tidak akan menjadi penghuninya ?Untaian kalam ilahi terus mengalir. Isaknya mulai reda. Bahkan tidak tampak lagi. Semburat senyum tipis kini menghias wajahnya yang teduh. Seolah ia sedang merasakan kenikmatan yang luar biasa. Andai kita tahu apa yang tengah dirasakannya. Namun hanya dia dan Rabbnya yang tahu. Hanya rahasia kecil yang kita tahu. Bahwa kelezatan yang ia rasakan terkait dengan ayat Qur'an yang sedang dilantunkannya... Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa berada dalam surga dan kenikmatan, mereka bersuka ria dengan apa yang diberikan kepada mereka oleh Tuhan mereka; dan Tuhan mereka memelihara mereka dari azab neraka. (Dikatakan kepada mereka): 'Makan dan minumlah dengan enak sebagai balasan dari apa yang telah kamu kerjakan', mereka bertelekan di atas dipan-dipan berderetan dan Kami kawinkan mereka dengan bidadari-bidadari yang cantik bermata jeli. (QS At Thur : 17-20)Surga... ingin rasanya menjadi penghunimu. Tapi layakkah? Makan dan minum dengan hidangan yang terlezat dan selalu tersedia? Bersenda gurau dengan bidadari-bidadari nan cantik bermata jeli?Malam mulai memasuki penghujungnya. Rembulan memberi isyarat untuk berpamitan. Malam itu Sang penanti benar-benar menemukan penantiannya. Dan akan selalu menantikannya kembali. Saat-saat terindah dengan Sang Rabbi pun harus berlalu. Namun ia memiliki energi baru. Untuk membuka lembaran pagi yang baru. Untuk menjalani tugasnya sebagai khalifah bumi. Mencari nafkah untuk anak isteri. Mengajak umat ke jalan ilahi.Tatkala bangkit dari tikar panjangnya, tampak sesosok wanita di belakangnya. Sang istri tercinta. Yang sejak tadi menyertainya. Dalam isak tangisnya. Dalam semburat senyumnya. Wanita itu menggapai tangannya. Mencium erat jemarinya. Menatapnya lekat. Penuh cinta. Sarat makna. Bidadari dunia telah menyambutnya, dan bidadari surga tengah menantinya...


No comments: