6/8/07

Risalah Malam



Malam semakin larut. Hujan yang turun sejak senja tadi, menyisakan rintik-rintik kecil. Menambah sunyi sang malam. Menambah dingin angin malam. Membuat cahya rembulan menjadi remang. Sembunyi di balik kerumunan awan. Meninabobokan anak-cucu adam. Lelap dalam tidurnya. Hangat dalam selimutnya. Terbuai dalam mimpinya. Bergumam dalam igaunya. Suasana yang pernah digambarkan Al Ghazali dalam petikan syairnya : Di akhir malam yang makin kelamDi waktu tenang seisi alamAku berbaring di atas ranjang Bagaikan benda yang melayangMalam memasuki separuh masa. Sang purnama mulai berani manampakkan diri. Juga bintang-bintang. Kerlip silih berganti. Menghilangkan kepekatan malam. Memberikan kehidupan. Sebaik-baik kehidupan. Adakah anak-cucu adam yang tersadar? Bangun dari tidurnya? Merasakan kelezatannya? Ataukah mereka cukup puas dengan mimpinya. Hingga tak mendengar panggilan Rabb-Nya.Hai orang yang berselimut, bangunlah (untuk sholat) di malam hari, kecuali sedikit (daripadanya), (yaitu) seperduanya atau kurangilah dari seperdua itu sedikit, atau lebih dari seperdua itu. Dan bacalah Al Qur'an itu dengan perlahan-lahan. (QS Al Muzzamil : 1-4) Panggilan itu terdengar sayup. Namun menyusup dalam hembusan angin malam. Menemukan seorang yang menantinya. Yang mengharapkan pertemuan itu. Tanpa dialog panjang, bergegas ia bangkit. Dengan kerinduan yang memuncak. Ia bergegas membersihkan diri. Kemudian larut dalam munajatnya. Mencurahkan isi hati. Menyesali kealpaan diri. Mengharapkan ampunan Rabbi.'...Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang yang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri maaflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir'. (QS Al Baqarah : 286)Ayat demi ayat dalam kitab suci mengalir. Dari lisannya yang lembut. Dari suara hatinya yang bening. Memberikan ketenangan jiwa. Menciptakan kepekaan bathin. Membuang jauh urusan duniawi. Melebur dalam firman-firmanNya yang agung. Hingga suatu saat tubuhnya berguncang hebat. Diiringi oleh isak tangis yang mendalam. Tatkala sekelebat bayangan neraka jahannam nampak di hadapannya... Maka kecelakaan yang besarlah di hari itu bagi orang-orang yang mendustakan, (yaitu) orang-orang yang bermain-main dalam kebatilan, pada hari mereka didorong ke neraka Jahanam dengan sekuat-kuatnya. (Dikatakan kepada mereka): 'Inilah neraka yang dahulu kamu selalu mendustakannya'. (QS At Thur : 11-14)Jahannam... mungkin tiada yang mampu membayangkan pedih siksanya. Termasuk dirinya. Namun jika membayangkan kotornya hati, lumuran dosa, dan lembaran dusta yang pernah diperbuat, siapa yang menjamin tidak akan menjadi penghuninya ?Untaian kalam ilahi terus mengalir. Isaknya mulai reda. Bahkan tidak tampak lagi. Semburat senyum tipis kini menghias wajahnya yang teduh. Seolah ia sedang merasakan kenikmatan yang luar biasa. Andai kita tahu apa yang tengah dirasakannya. Namun hanya dia dan Rabbnya yang tahu. Hanya rahasia kecil yang kita tahu. Bahwa kelezatan yang ia rasakan terkait dengan ayat Qur'an yang sedang dilantunkannya... Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa berada dalam surga dan kenikmatan, mereka bersuka ria dengan apa yang diberikan kepada mereka oleh Tuhan mereka; dan Tuhan mereka memelihara mereka dari azab neraka. (Dikatakan kepada mereka): 'Makan dan minumlah dengan enak sebagai balasan dari apa yang telah kamu kerjakan', mereka bertelekan di atas dipan-dipan berderetan dan Kami kawinkan mereka dengan bidadari-bidadari yang cantik bermata jeli. (QS At Thur : 17-20)Surga... ingin rasanya menjadi penghunimu. Tapi layakkah? Makan dan minum dengan hidangan yang terlezat dan selalu tersedia? Bersenda gurau dengan bidadari-bidadari nan cantik bermata jeli?Malam mulai memasuki penghujungnya. Rembulan memberi isyarat untuk berpamitan. Malam itu Sang penanti benar-benar menemukan penantiannya. Dan akan selalu menantikannya kembali. Saat-saat terindah dengan Sang Rabbi pun harus berlalu. Namun ia memiliki energi baru. Untuk membuka lembaran pagi yang baru. Untuk menjalani tugasnya sebagai khalifah bumi. Mencari nafkah untuk anak isteri. Mengajak umat ke jalan ilahi.Tatkala bangkit dari tikar panjangnya, tampak sesosok wanita di belakangnya. Sang istri tercinta. Yang sejak tadi menyertainya. Dalam isak tangisnya. Dalam semburat senyumnya. Wanita itu menggapai tangannya. Mencium erat jemarinya. Menatapnya lekat. Penuh cinta. Sarat makna. Bidadari dunia telah menyambutnya, dan bidadari surga tengah menantinya...



No comments: